Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Profil

Hamzah Haz

Profil Hamzah Haz | Merdeka.com

Hamzah Haz adalah salah satu politikus kawakan Indonesia.  Hamzah lahir di Ketapang, Kalimantan Barat, 15 Februari 1940. Hamzah dikenal sebagai orang yang sederhana. Ia bermukim di Jalan Tegalan 27, Matraman, Jakarta Timur. Hamzah Haz didampingi dua istri, Hj Asmaniah dan Hj Titin Kartini . Dari kedua istrinya, ia dikaruniai 12 anak, yaitu 4 orang anak laki-laki dan 8 orang anak perempuan.

Karirnya dalam bidang politik sudah dirintis ketika ia masih sangat muda. Sejak SMP, ia sudah aktif berorganisasi. Setamat Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA) di Pontianak pada 1961, ia menjadi wartawan surat kabar Pontianak, Bebas. Karir jurnalistik hanya sempat dijalaninya selama setahun. Sebab, tahun berikutnya ia ikut ayahnya, anggota Koperasi Kopra yang mendapat tugas belajar di Akademi Koperasi Negara Yogyakarta. Karena giat berorganisasi sejak SMP, di kampusnya itu pun ia mendirikan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, sekaligus ia terpilih menjadi ketuanya. Pada 1965, Hamzah kembali ke Pontianak dan bergeral sarjana muda. Selanjutnya, ia meneruskan kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Tanjungpura dan mengambil jurusan ilmu perusahaan. Di Universitas tempatnya belajar, Hamzah menjadi dosen pada akhirnya.

Di luar kegiatan akademis, ia menjadi Ketua Presidium KAMI Konsulat Pontianak dan mewakili Angkatan 66 di DPRD Kalimantan Barat. Hamzah sempat menjadi Wakil Ketua DPW Nahdlatul Ulama (NU) Kalimantan Barat. Kemudian, mewakili NU ia hijrah ke Gedung DPR/MPR di Senayan pada 1971. Setelah NU berfusi ke dalam Partai Persatuan Pembangunan, ia terpilih secara terus-menerus menjadi anggota DPR mewakili PPP. Di PPP, ia sudah beberapa periode menjadi pengurus. Terakhir, ia menjadi salah seorang ketua DPP PPP, sebelum akhirnya terpilih menjadi Ketua Umum DPP PPP pada akhir 1998.. Pada 1998 ia menjadi Menteri Negara Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) memperkuat kabinet Presiden Habibie.  Tanggal 10 Mei 1999, ia mengundurkan diri dari jabatan menteri karena ada desakan masyarakat agar pimpinan partai tidak duduk sebagai menteri. Tanggal 29 Oktober 1999, ia diangkat menjadi Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Pengentasan Kemiskinan dalam Kabinet Gus Dur. Namun, namanya dicoret oleh Gus Dur.  Pada hari Kamis, 26 Juli 2001, Hamzah terpilih sebagai Wakil Presiden ke-9  Republik Indonesia. Hal ini terutama jatuhnya KH Abdurrahman Wahid dari kursi presiden. Secara otomatis, Megawati yang menjabat wapres naik menjadi presiden. Lowongnya kursi wapres itu tidak langsung ditempati Hamzah, melainkan ia harus melalui proses pemilihan. Ia bertarung menghadapi nama-nama yang cukup dikenal luas seperti Ketua Umum Partai Golkar Akbar Tandjung, mantan Menko Polsoskam Susilo Bambang Yudhoyono, Menko Polsoskam Agum Gumelar, dan Siswono Yudo Husodo. Dalam pemungutan putaran ketiga dalam lanjutan Rapat Paripurna Sidang Istimewa (SI) MPR ia berhasil mengungguli Ketua Umum Partai Golkar, Akbar Tandjung.

Selama karir politiknya, Hamzah sudah memimpin Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang merupakan konfigurasi empat partai Islam, yakni Partai Nahdlatul Ulama (NU), Partai Muslimin Indonesia (Parmusi, kemudian disingkat MI), Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII), dan Partai Islam Perti.

Riset dan Analisa oleh Nastiti Primadyastuti

Profil

  • Nama Lengkap

    Dr. (HC) H. Hamzah Haz MA, P.hD.

  • Alias

    Hamzah | Haz

  • Agama

    Islam

  • Tempat Lahir

    Ketapang, Kalimantan Barat

  • Tanggal Lahir

    1940-02-15

  • Zodiak

    Aquarius

  • Warga Negara

    Indonesia

  • Istri

    Asmaniah, Titin Kartini

  • Biografi

    Hamzah Haz adalah salah satu politikus kawakan Indonesia.  Hamzah lahir di Ketapang, Kalimantan Barat, 15 Februari 1940. Hamzah dikenal sebagai orang yang sederhana. Ia bermukim di Jalan Tegalan 27, Matraman, Jakarta Timur. Hamzah Haz didampingi dua istri, Hj Asmaniah dan Hj Titin Kartini . Dari kedua istrinya, ia dikaruniai 12 anak, yaitu 4 orang anak laki-laki dan 8 orang anak perempuan.

    Karirnya dalam bidang politik sudah dirintis ketika ia masih sangat muda. Sejak SMP, ia sudah aktif berorganisasi. Setamat Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA) di Pontianak pada 1961, ia menjadi wartawan surat kabar Pontianak, Bebas. Karir jurnalistik hanya sempat dijalaninya selama setahun. Sebab, tahun berikutnya ia ikut ayahnya, anggota Koperasi Kopra yang mendapat tugas belajar di Akademi Koperasi Negara Yogyakarta. Karena giat berorganisasi sejak SMP, di kampusnya itu pun ia mendirikan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, sekaligus ia terpilih menjadi ketuanya. Pada 1965, Hamzah kembali ke Pontianak dan bergeral sarjana muda. Selanjutnya, ia meneruskan kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Tanjungpura dan mengambil jurusan ilmu perusahaan. Di Universitas tempatnya belajar, Hamzah menjadi dosen pada akhirnya.

    Di luar kegiatan akademis, ia menjadi Ketua Presidium KAMI Konsulat Pontianak dan mewakili Angkatan 66 di DPRD Kalimantan Barat. Hamzah sempat menjadi Wakil Ketua DPW Nahdlatul Ulama (NU) Kalimantan Barat. Kemudian, mewakili NU ia hijrah ke Gedung DPR/MPR di Senayan pada 1971. Setelah NU berfusi ke dalam Partai Persatuan Pembangunan, ia terpilih secara terus-menerus menjadi anggota DPR mewakili PPP. Di PPP, ia sudah beberapa periode menjadi pengurus. Terakhir, ia menjadi salah seorang ketua DPP PPP, sebelum akhirnya terpilih menjadi Ketua Umum DPP PPP pada akhir 1998.. Pada 1998 ia menjadi Menteri Negara Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) memperkuat kabinet Presiden Habibie.  Tanggal 10 Mei 1999, ia mengundurkan diri dari jabatan menteri karena ada desakan masyarakat agar pimpinan partai tidak duduk sebagai menteri. Tanggal 29 Oktober 1999, ia diangkat menjadi Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Pengentasan Kemiskinan dalam Kabinet Gus Dur. Namun, namanya dicoret oleh Gus Dur.  Pada hari Kamis, 26 Juli 2001, Hamzah terpilih sebagai Wakil Presiden ke-9  Republik Indonesia. Hal ini terutama jatuhnya KH Abdurrahman Wahid dari kursi presiden. Secara otomatis, Megawati yang menjabat wapres naik menjadi presiden. Lowongnya kursi wapres itu tidak langsung ditempati Hamzah, melainkan ia harus melalui proses pemilihan. Ia bertarung menghadapi nama-nama yang cukup dikenal luas seperti Ketua Umum Partai Golkar Akbar Tandjung, mantan Menko Polsoskam Susilo Bambang Yudhoyono, Menko Polsoskam Agum Gumelar, dan Siswono Yudo Husodo. Dalam pemungutan putaran ketiga dalam lanjutan Rapat Paripurna Sidang Istimewa (SI) MPR ia berhasil mengungguli Ketua Umum Partai Golkar, Akbar Tandjung.

    Selama karir politiknya, Hamzah sudah memimpin Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang merupakan konfigurasi empat partai Islam, yakni Partai Nahdlatul Ulama (NU), Partai Muslimin Indonesia (Parmusi, kemudian disingkat MI), Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII), dan Partai Islam Perti.

    Riset dan Analisa oleh Nastiti Primadyastuti

  • Pendidikan

    • SMP, Pontianak, Kalimantan Barat.
    • SMEA, Pontianak, Kalimantan Barat.
    • Akademi Koperasi Negara, Yogyakarta (1962).
    • Jurusan Ekonomi Perusahaan Fakultas Ekonomi Universitas Tanjungpura,Pontianak (tingkat V, 1970).

  • Karir

    • Guru SM Ketapang (1960-1962).
    • Wartawan suratkabar Bebas, Pontianak, Kalimantan Barat (1960-1961).
    • Pimpinan Umum Harian Berita Pawau, Kalimantan Barat.
    • Ketua PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, (1962).
    • Ketua Badan Pemeriksa Induk Koperasi Kopra Indonesia (1965-1970).
    • Ketua Presidium KAMI Konsulat Pontianak (1968-1971).
    • Asisten Dosen di Universitas Tanjungpura Pontianak (1968-1971).
    • Anggota DPRD Tk I Kalimantan Barat (1968-1971).
    • Anggota DPR RI (1971-2001).
    • Menteri Negara Investasi/Kepala BKPM (1998-1999).
    • Wakil Ketua DPR (1999-2001).
    • Menko Kesra dan Taskin (1999).
    • Wakil Presiden RI (26 Juli 2001-2004).

  • Penghargaan

Geser ke atas Berita Selanjutnya