Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Profil

Maraden Saur Halomoan Panggabean

Profil Maraden Saur Halomoan Panggabean | Merdeka.com

Maraden Saur Holomoan Panggabean dikenal sebagai salah seorang petinggi militer terkemuka pada masa pemerintahan Orde Baru. Lebih akrab disapa Maraden Panggabean, Jendral berdarah Batak ini memulai karir militernya bersamaan dengan masa kedatangan tentara Jepang ke Indonesia.

Sempat menyelesaikan Sekolah Pegawai Tinggi dan berketetapan menjadi seorang guru, Panggabean akhirnya lebih memilih memasuki sekolah militer. Pada masa kemerdekaan Indonesia 1945 - 1946, ia banyak terlibat aktif dalam pembentukan Tentara Keamanan Rakyat. Selain itu, Panggabean juga dipercaya menjadi pelatih militer di Kotapraja Sibolga sebelum akhirnya dilantik menduduki jabatan sebagai Kepala Staf Batalion Pertama Region 4 Divisi ke-10 di Sumatera hingga 1949.

Satu dekade berikutnya, karir militer Panggabean menanjak setelah dipercaya menjabat Kepala Staf Res Brigade Tapanuli KMD Sektor IV/Sub Terr VII Sumut pada 1950 hingga 1959. Di sela-sela masa bertugas tersebut, Jendral kelahiran kota Tarutung, Sumatera Utara ini pernah mengikuti Infantry Officer’s Advance Course di negara Paman Sam.
   
Pada 1959, Panggabean menjadi Komandan Batalion sebelum akhirnya dipindahkan ke TT II/Sriwijaya sebagai Komandan Resort. Pada 1998, namanya sempat disebut hadir bersama 3 perwira tinggi lain, Amir Machmud, M. Jusuf dan Basuki Rahmat, yang diakui banyak pihak bahwa para pejabat militer ini hadir saat penandatanganan Supersemar.

Karir militer suami Meida Tambunan ini terus menanjak dengan menjabat sebagai Wakil Panglima TNI-AD pada 1966. Tiga tahun berikutnya, Panggabean adalah Panglima TNI-AD sekaligus merangkap salah satu jabatan paling disegani saat itu, Pangkopkamtib, pada 1969. Dan lima tahun sesudahnya, Maraden Panggabean menduduki jabatan tertinggi bidang kemiliteran Indonesia sebagai Menhankam/Pangab periode 1974 - 1978.

Seperti laiknya pejabat Orde Baru, Panggabean juga terlibat aktif dalam panggung politik khususnya bersama Partai Golkar. Pada 1973, pejabat militer kelahiran 1922 duduk dalam keanggotan Badan Eksekutif Partai Beringin tersebut sebelum akhirnya terpilih sebagai Ketua Badan Eksekutif setahun berikutnya. Pada 1978 - 1983, Panggabean dipercaya mengampu jabatan politik/militer sebagai Menko Polkam Kabinet Pembangunan III. Jabatan politik tertinggi yang diampu Purnawirawan AD ini adalah Ketua Dewan Pertimbangan Agung, menggantikan K.H. Idham Chalid, yang dijabat mulai 1983 - 1988.

Di samping aktif di bidang politik kemiliteran, Panggabean juga banyak terlibat dalam bidang sosial masyarakat seperti Ketua Penasehat Lembaga Pemufakatan Adat dan Kebudayaan Batak (LPAKB) dan Pembina Yayasan Bina Bona Pasogit yang pendiriannya dilatarbelakangi penanggulangan bencana alam gempa di Tarutung.

Maraden Saur Holomoan Panggabean menutup mata selamanya dalam usia 78 tahun, bertepatan pada Minggu, 28 Mei 2000, pukul 18.50 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta setelah menjalani perawatan sekitar satu bulan akibat serangan stroke. Setelah disemayamkan di rumah kediaman Jalan Teuku Umar No 21, Jakarta Pusat dan dilangsungkan upacara adat Batak dan upacara gereja, jenazah Jendral bintang empat ini diserahkan kepada Pemerintah Indonesia untuk dimakamkan di TMP Kalibata dengan upacara militer. Maraden Panggabean meninggalkan seorang isteri, Meida Seimima Tambunan, dan empat orang anak.

Riset dan analisis: Ardisa Lestari - Mochamad Nasrul Chotib

Profil

  • Nama Lengkap

    Jenderal TNI (Purn) Maraden Saur Halomoan Panggabean

  • Alias

    Maraden Panggabean

  • Agama

    Kristen

  • Tempat Lahir

    Taruntung, Sumatera Utara

  • Tanggal Lahir

    1922-06-29

  • Zodiak

    Cancer

  • Warga Negara

  • Istri

    Meida Seimima Tambunan

  • Biografi

    Maraden Saur Holomoan Panggabean dikenal sebagai salah seorang petinggi militer terkemuka pada masa pemerintahan Orde Baru. Lebih akrab disapa Maraden Panggabean, Jendral berdarah Batak ini memulai karir militernya bersamaan dengan masa kedatangan tentara Jepang ke Indonesia.

    Sempat menyelesaikan Sekolah Pegawai Tinggi dan berketetapan menjadi seorang guru, Panggabean akhirnya lebih memilih memasuki sekolah militer. Pada masa kemerdekaan Indonesia 1945 - 1946, ia banyak terlibat aktif dalam pembentukan Tentara Keamanan Rakyat. Selain itu, Panggabean juga dipercaya menjadi pelatih militer di Kotapraja Sibolga sebelum akhirnya dilantik menduduki jabatan sebagai Kepala Staf Batalion Pertama Region 4 Divisi ke-10 di Sumatera hingga 1949.

    Satu dekade berikutnya, karir militer Panggabean menanjak setelah dipercaya menjabat Kepala Staf Res Brigade Tapanuli KMD Sektor IV/Sub Terr VII Sumut pada 1950 hingga 1959. Di sela-sela masa bertugas tersebut, Jendral kelahiran kota Tarutung, Sumatera Utara ini pernah mengikuti Infantry Officer’s Advance Course di negara Paman Sam.
       
    Pada 1959, Panggabean menjadi Komandan Batalion sebelum akhirnya dipindahkan ke TT II/Sriwijaya sebagai Komandan Resort. Pada 1998, namanya sempat disebut hadir bersama 3 perwira tinggi lain, Amir Machmud, M. Jusuf dan Basuki Rahmat, yang diakui banyak pihak bahwa para pejabat militer ini hadir saat penandatanganan Supersemar.

    Karir militer suami Meida Tambunan ini terus menanjak dengan menjabat sebagai Wakil Panglima TNI-AD pada 1966. Tiga tahun berikutnya, Panggabean adalah Panglima TNI-AD sekaligus merangkap salah satu jabatan paling disegani saat itu, Pangkopkamtib, pada 1969. Dan lima tahun sesudahnya, Maraden Panggabean menduduki jabatan tertinggi bidang kemiliteran Indonesia sebagai Menhankam/Pangab periode 1974 - 1978.

    Seperti laiknya pejabat Orde Baru, Panggabean juga terlibat aktif dalam panggung politik khususnya bersama Partai Golkar. Pada 1973, pejabat militer kelahiran 1922 duduk dalam keanggotan Badan Eksekutif Partai Beringin tersebut sebelum akhirnya terpilih sebagai Ketua Badan Eksekutif setahun berikutnya. Pada 1978 - 1983, Panggabean dipercaya mengampu jabatan politik/militer sebagai Menko Polkam Kabinet Pembangunan III. Jabatan politik tertinggi yang diampu Purnawirawan AD ini adalah Ketua Dewan Pertimbangan Agung, menggantikan K.H. Idham Chalid, yang dijabat mulai 1983 - 1988.

    Di samping aktif di bidang politik kemiliteran, Panggabean juga banyak terlibat dalam bidang sosial masyarakat seperti Ketua Penasehat Lembaga Pemufakatan Adat dan Kebudayaan Batak (LPAKB) dan Pembina Yayasan Bina Bona Pasogit yang pendiriannya dilatarbelakangi penanggulangan bencana alam gempa di Tarutung.

    Maraden Saur Holomoan Panggabean menutup mata selamanya dalam usia 78 tahun, bertepatan pada Minggu, 28 Mei 2000, pukul 18.50 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta setelah menjalani perawatan sekitar satu bulan akibat serangan stroke. Setelah disemayamkan di rumah kediaman Jalan Teuku Umar No 21, Jakarta Pusat dan dilangsungkan upacara adat Batak dan upacara gereja, jenazah Jendral bintang empat ini diserahkan kepada Pemerintah Indonesia untuk dimakamkan di TMP Kalibata dengan upacara militer. Maraden Panggabean meninggalkan seorang isteri, Meida Seimima Tambunan, dan empat orang anak.

    Riset dan analisis: Ardisa Lestari - Mochamad Nasrul Chotib

  • Pendidikan

    • INF off Adv. Course di AS, 1957.
    • Latihan Chandradimuka, Bandung
    • SMA: Militer JepanKg
    • Sekolah Pegawai Tinggi Jepang
    • MULO

  • Karir

    • Ketua DPA, 1983-1988.
    • Menko Polkam Kabinet Pembangunan III, 1978-1983
    • Menhankam/Pangab Kabinet Pembangunan II, 1974-1978
    • Menteri Negara urusan Hankam merangkap Wapangab/Pangkopkamtib, 1971
    • Pangkopkamtib, 1969
    • Panglima AD, 1969
    • Wapangad, 1966
    • Panglima Mandala II
    • Kastaf Koanda IT merangkap Hakim Perwira Tinggi Makassar
    • Komandan Resor 5 TT II
    • KMD BN 104 Waringin TT I
    • KMD Sektor IV/Sub Terr VII Sum-Ut, 1950-1959
    • Kastaf Res Brigade Tapanuli
    • Kastaf BN I Res IV Div X Sumatera, 1945-1949
    • Pelatih Militer di Sibolga, 1945
    • Kepala Schakelschool di Tarutung
    • Kegiatan lain:
    • Pembina Yayasan Bina Bona Pasogit, 1989-2000
    • Ketua Penasihat Lembaga Permufakatan Adat dan Kebudayaan Batak LPAKB, 1985
    • Wakil Ketua Dewan Pembina/Ketua Presidium Harian Dewan Pembina Golkar, 1979-1988
    • Ketua Dewan Pembina Golkar, 1974-1978
    • Anggota Dewan Pembina DPP Golkar, 1973

  • Penghargaan

Geser ke atas Berita Selanjutnya