Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Profil

Marciano Norman

Profil Marciano Norman | Merdeka.com

Letjen TNI Marciano Norman adalah Kepala Badan Intelejen Negara yang dilantik oleh Presiden SBY pada 19 Oktober 2011. Pria kelahiran Banjarmasin ini merupakan putra dari Letnan Jenderal Norman Sasono, seorang Jenderal legendaris dan pahlawan Perang Dingin yang berhasil mengungkap jaringan mata-mata Soviet yang beroperasi di Jakarta pada tahun 1982.

Norman mengawali karinya di bidang militer dengan menjadi Komandan Peleton Yonkav 7 Kodam Jaya. Perwira lulusan Akademi Militer tahun 1978 ini kemudian menduduki jabatan-jabatan penting dalam kesatuannya, seperti Komandan Kavaleri Batalyon 7 Kodam Jaya, Komandan Kodim 1633/ Nainaro, dan sebagainya. Karir Norman semakin menanjak ketika ia ditunjuk sebagai Komandan Pasukan Pengaman Presiden sejak tahun 2008. Sebelum menjadi Kepala BIN, Norman menjabat sebagai Komandan Kodiklat TNI-AD.

Penunjukan Norman menjadi Kepala BIN menggantikan Jenderal Polisi (Purn) Sutanto menimbulkan pro dan kontra. Direktur Eksekutif Imparsial, Poengky Indarti, mengatakan bahwa sebenarnya penunjukan Sutanto sebagai Kepala BIN merupakan keputusan yang cukup bagus karena itu membuat kesan BIN sebagai lembaga sipil semakin kuat. Jika posisi tersebut diisi oleh orang dengan latar belakang militer, dikhawatirkan kesan sipil yang ada akan terkikis dan masa Orde Lama ketika kekuatan militer menjadi ujung tombak akan terulang kembali.

Di sisi lain, menurut Al Chaidar yang merupakan pengamat intelejen, penunjukan Norman yang membawa latar belakang militer untuk duduk di BIN adalah pilihan yang tepat, mengingat bahwa Sutanto selalu kecolongan ketika berhadapan dengan kasus terorisme di Indonesia. Ia berpendapat bahwa kepolisian cenderung berpikir deduktif sedangkan TNI berpikir induktif sehingga BIN lebih cocok dipegang oleh orang militer seperti Norman.

Norman telah membuat gebrakan di lembaga yang dipimpinnya selang tiga bulan setelah pelantikan. Ia membawa BIN ke era di mana lembaga tersebut tak lagi bekerja dalam keheningan mutlak yang misterius. Selama ini, BIN bisa dikatakan jarang berbagi dengan publik tentang apa yang sedang dikerjakan, namun Norman ingin BIN lebih terbuka sehingga bisa lebih dekat dengan masyarakat. Ia mempertimbangkan untuk mendirikan sebuah unit hubungan masyarakat dengan juru bicara yang ditunjuk untuk berinteraksi dengan masyarakat dan membuka kembali website resmi BIN untuk menerima suara publik dan menyampaikan informasi.

Profil

  • Nama Lengkap

    Letnan Jendral Marciano Norman

  • Alias

    No Alias

  • Agama

  • Tempat Lahir

    Banjarmasin

  • Tanggal Lahir

    1954-10-28

  • Zodiak

    Scorpion

  • Warga Negara

    Indonesia

  • Biografi

    Letjen TNI Marciano Norman adalah Kepala Badan Intelejen Negara yang dilantik oleh Presiden SBY pada 19 Oktober 2011. Pria kelahiran Banjarmasin ini merupakan putra dari Letnan Jenderal Norman Sasono, seorang Jenderal legendaris dan pahlawan Perang Dingin yang berhasil mengungkap jaringan mata-mata Soviet yang beroperasi di Jakarta pada tahun 1982.

    Norman mengawali karinya di bidang militer dengan menjadi Komandan Peleton Yonkav 7 Kodam Jaya. Perwira lulusan Akademi Militer tahun 1978 ini kemudian menduduki jabatan-jabatan penting dalam kesatuannya, seperti Komandan Kavaleri Batalyon 7 Kodam Jaya, Komandan Kodim 1633/ Nainaro, dan sebagainya. Karir Norman semakin menanjak ketika ia ditunjuk sebagai Komandan Pasukan Pengaman Presiden sejak tahun 2008. Sebelum menjadi Kepala BIN, Norman menjabat sebagai Komandan Kodiklat TNI-AD.

    Penunjukan Norman menjadi Kepala BIN menggantikan Jenderal Polisi (Purn) Sutanto menimbulkan pro dan kontra. Direktur Eksekutif Imparsial, Poengky Indarti, mengatakan bahwa sebenarnya penunjukan Sutanto sebagai Kepala BIN merupakan keputusan yang cukup bagus karena itu membuat kesan BIN sebagai lembaga sipil semakin kuat. Jika posisi tersebut diisi oleh orang dengan latar belakang militer, dikhawatirkan kesan sipil yang ada akan terkikis dan masa Orde Lama ketika kekuatan militer menjadi ujung tombak akan terulang kembali.

    Di sisi lain, menurut Al Chaidar yang merupakan pengamat intelejen, penunjukan Norman yang membawa latar belakang militer untuk duduk di BIN adalah pilihan yang tepat, mengingat bahwa Sutanto selalu kecolongan ketika berhadapan dengan kasus terorisme di Indonesia. Ia berpendapat bahwa kepolisian cenderung berpikir deduktif sedangkan TNI berpikir induktif sehingga BIN lebih cocok dipegang oleh orang militer seperti Norman.

    Norman telah membuat gebrakan di lembaga yang dipimpinnya selang tiga bulan setelah pelantikan. Ia membawa BIN ke era di mana lembaga tersebut tak lagi bekerja dalam keheningan mutlak yang misterius. Selama ini, BIN bisa dikatakan jarang berbagi dengan publik tentang apa yang sedang dikerjakan, namun Norman ingin BIN lebih terbuka sehingga bisa lebih dekat dengan masyarakat. Ia mempertimbangkan untuk mendirikan sebuah unit hubungan masyarakat dengan juru bicara yang ditunjuk untuk berinteraksi dengan masyarakat dan membuka kembali website resmi BIN untuk menerima suara publik dan menyampaikan informasi.

  • Pendidikan

    • Akademi Militer (1978)

  • Karir

    • Komandan Peleton Yonkav 7 Kodam Jaya
    • Komandan Kompi Serbu 73 Yonkav 7 Kodam Jaya
    • Komandan Kavaleri Batalyon 7 Kodam Jaya
    • Komandan Kodim 1633/Nainaro,
    • Wakil Asisten Operasi Kaskargartap I/Jakarta,
    • Wakil Asisten Operasi Kasdam Jaya
    • Asisten Operasi Kasgartap I Jakarta
    • Asisten Operasi Kasdam Jaya
    • Danrem 121/ABW Kodam Tanjungpura
    • Direktur Analisa Lingkungan dan Strategi (Diranlingstra) Departemen Pertahanan
    • Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (sejak 2008)
    • Pangdam Jaya (2010)
    • Komandan Kodiklat TNI-AD (2011)
    • Kepala Badan Intelejen Negara (BIN) (2011)

  • Penghargaan

Geser ke atas Berita Selanjutnya