Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Profil

Mudji Sutrisno

Profil Mudji Sutrisno | Merdeka.com

Nama Mudji Sutrisno dalam dunia kepenulisan mungkin sudah tidak asing lagi didengar. Kiprahnya dalam dunia tulis menulis memang sudah dimulai sejak tahun 1983. Selanjutnya, seolah rutin setiap tahunnya ia selalu menerbitkan buku. Biasanya buku yang ia terbitkan bergenre non-fiksi jenis buku filsafat, kritikan-kritikan pada negara dan pemimpinnya.

Pria kelahiran 12 Agustus 1954 ini sempat menjabat sebagai anggota Komisi Pemilihan Umum periode 2000-2007. Namun, jabatan yang banyak diinginkan orang tersebut kemudian dilepas karena ia tak bisa mengajar dan melakukan kegiatan sosial lain yang selama ini menjadi dunianya di samping dunia menulis. Doktor Filsafat lulusan Universitas Gregoriana ini tak hanya piawai di bidang tulis menulis, pendidikan, dan sosial. Namun, ia juga peduli dengan persoalan kebangsaan yang selama ini dianggap "semrawut" oleh masyarakat awam. Biasanya, ia memberikan analogi mengenai sesuatu hal yang dianggap sulit dicerna menjadi hal yang mudah dipahami.

Bagi dosen pascasarjana Universitas Indonesia ini, KPU bukanlah sesuatu hal yang baru bagi dunianya. Sebelum terpilih menjadi anggota KPU, ia sempat menjabat sebagai Panitia Pengawas Pemilihan Umum pada tahun 1999. Berkecimpung (sedikit?) di dunia politik, Pria yang dikenal sederhana dan apa adanya ini sempat mengatakan bahwa presiden SBY hanyalah seorang pendusta. Ia bertutur bahwa gembar-gembor yang dilakukan oleh presiden tak lain hanyalah sebuah janji palsu. Sebagai budayawan, pengajar, sosialis, dan penulis, ia mencontohkan beberapa janji yang sempat dilontarkan oleh presiden, sebagai contoh pembangunan irigasi di daerah Cikeas serta penanganan konflik Papua yang hingga kini tak kunjung usai. Pria yang juga dikenal dengan sebutan Romo ini menambahkan kesangsiannya pada negara dan pemimpinnya sebagai contoh dengan adanya penambahan posisi wakil menteri yang bertujuan untuk efektifitas kinerja bangsa. Tak hanya itu, janji-janji yang dilontarkan presiden SBY sebagai bentuk upaya pengentasan kemiskinan dan pengangguran serta kesejahteraan ekonomi rakyat nyatanya hingga kini tak segera direalisasikan.

Oleh: Atiqoh Hasan 

Profil

  • Nama Lengkap

    Prof. Dr. F.X. Mudji Sutrisno SJ

  • Alias

    Mas Mudji

  • Agama

    Kristen

  • Tempat Lahir

    Surakarta

  • Tanggal Lahir

    1954-08-12

  • Zodiak

    Leo

  • Warga Negara

    Indonesia

  • Biografi

    Nama Mudji Sutrisno dalam dunia kepenulisan mungkin sudah tidak asing lagi didengar. Kiprahnya dalam dunia tulis menulis memang sudah dimulai sejak tahun 1983. Selanjutnya, seolah rutin setiap tahunnya ia selalu menerbitkan buku. Biasanya buku yang ia terbitkan bergenre non-fiksi jenis buku filsafat, kritikan-kritikan pada negara dan pemimpinnya.

    Pria kelahiran 12 Agustus 1954 ini sempat menjabat sebagai anggota Komisi Pemilihan Umum periode 2000-2007. Namun, jabatan yang banyak diinginkan orang tersebut kemudian dilepas karena ia tak bisa mengajar dan melakukan kegiatan sosial lain yang selama ini menjadi dunianya di samping dunia menulis. Doktor Filsafat lulusan Universitas Gregoriana ini tak hanya piawai di bidang tulis menulis, pendidikan, dan sosial. Namun, ia juga peduli dengan persoalan kebangsaan yang selama ini dianggap "semrawut" oleh masyarakat awam. Biasanya, ia memberikan analogi mengenai sesuatu hal yang dianggap sulit dicerna menjadi hal yang mudah dipahami.

    Bagi dosen pascasarjana Universitas Indonesia ini, KPU bukanlah sesuatu hal yang baru bagi dunianya. Sebelum terpilih menjadi anggota KPU, ia sempat menjabat sebagai Panitia Pengawas Pemilihan Umum pada tahun 1999. Berkecimpung (sedikit?) di dunia politik, Pria yang dikenal sederhana dan apa adanya ini sempat mengatakan bahwa presiden SBY hanyalah seorang pendusta. Ia bertutur bahwa gembar-gembor yang dilakukan oleh presiden tak lain hanyalah sebuah janji palsu. Sebagai budayawan, pengajar, sosialis, dan penulis, ia mencontohkan beberapa janji yang sempat dilontarkan oleh presiden, sebagai contoh pembangunan irigasi di daerah Cikeas serta penanganan konflik Papua yang hingga kini tak kunjung usai. Pria yang juga dikenal dengan sebutan Romo ini menambahkan kesangsiannya pada negara dan pemimpinnya sebagai contoh dengan adanya penambahan posisi wakil menteri yang bertujuan untuk efektifitas kinerja bangsa. Tak hanya itu, janji-janji yang dilontarkan presiden SBY sebagai bentuk upaya pengentasan kemiskinan dan pengangguran serta kesejahteraan ekonomi rakyat nyatanya hingga kini tak segera direalisasikan.

    Oleh: Atiqoh Hasan 

  • Pendidikan

    • Summer Course Religion and Art Ichigaya Sophia University of Tokyo, Jepang (1990).
    • Universitas Gregoriana (1986).
    • Sekolah Tinggi Driyarkara Jakarta (1977).
    • Seminari Mertoyudan (1972).

  • Karir

    • Dosen Filsafat Sekolah Filsafat Driyarkara
    • Dosen Pascasarjana Universitas Indonesia
    • Wakil Press dan Anggota PEN (Perhimpunan Penulis, Novelis, Esais, Penyair Indonesia)
    • Lembaga Sensor Film
    • Anggota Komisi Kebenaran dan Persahabatan (2005-2006).
    • SC kongres Kebudayaan (2003).
    • Anggota Komite Pemilihan Umum (2001-2003).

     

  • Penghargaan

    Karya:

    • Rumah Filsafat & Kunci Kebudayaan (2010)
    • Ranah-ranah Kebudayaan (Dalam Esai) (2009)
    • Cultural Studies (2007)
    • Driyarkara: Filsuf yang Mengubah Indonesia (2006).
    • Oase Estetis, Estetika dalam Kata dan Sketza (2006).
    • Teks-teks Kunci Estetika (2005).
    • Sejarah Filsafat Nusantara: Alam Pikiran Indonesia (2005).
    • Teori-teori Kebudayaan (2005).
    • Hermeneutika Pascakolonian, Soal Identitas (2004).
    • Sunya (2004).
    • Ide-ide Pencerahan (2004).
    • Humanisme, Krisis, Humanisasi, (2001).
    • Demokrasi, Semudah Ucapankah? (2000)
    • Kebenaran dan Keindahan dalam Perjuangan Mencari Makna (2000)
    • Driyarkara, Dialog Panjang bersama Penulis (2000)
    • Kisi-kisi Estetika (1999)
    • Sari-sari Pencerahan (1997)
    • Agama Wajah Cerah dan Wajah Pecah (1996)
    • Pendidikan Pemerdekaan (1995)
    • Filsafat, Sastra, dan Budaya (1995)
    • Ziarah Peradaban (1995)
    • Langkah-langkah Peradaban (1994)
    • Getar-Getar Peradaban (1994)
    • Nuansa-nuansa Peradaban (1993)
    • Para Filsuf Penentu Gerak Zaman (1993)
    • Estetika; Filsafat dan Keindahan (1993)
    • Kata Jadi Sapa (1990)
    • Zen dan Fransiskus (1983)

     

Geser ke atas Berita Selanjutnya