Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Profil

Muhammad Qodari

Profil Muhammad Qodari, Berita Terbaru Terkini | Merdeka.com

Namanya Muhammad Qodari, S.Psi, MA. Ia merupakan seorang pengamat politik sekaligus peneliti muda Indonesia. Kiprahnya di dunia politik berawal sejak ia duduk di bangku perkuliahan jurusan Psikologi Sosial Universitas Indonesia kemudian berlanjut mengambil master degree di Political Behaviour, University of Essex, Inggris. Banyak pengetahuan politik yang ia dapatkan sampai ulasan dan berbagai analisis politiknya kerap kali menjadi bahan rujukan para wartawan media massa baik cetak maupun online. Banyak pihak mengakui bahwa kemampuan analisis dan menangkap isu yang sedang dan akan berkembang pria yang akrab disapa Qodari ini di atas rata-rata.

Beberapa waktu yang lalu, pria kelahiran 15 Oktober 1973 ini mengungkapkan analisisnya mengenai hasil survey di 33 provinsi yang menyimpulkan bahwa ibu negara, Ani Yudhoyono berpeluang duduk menjadi pejabat negara nomor wahid periode 2014-2019. Ia juga sempat mengatakan kemungkinan-kemungkinan yang bakal dihadapi oleh Ani jika mencalonkan diri pada Pilpres 2014 mendatang. Pria yang pernah menjabat sebagai Wakil Direktur Eksekutif Lingkaran Survei Indonesia (LSI) pada Juli 2005 hingga Oktober 2006 ini menuturkan keuntungan Ani bisa disokong dari kepopuleran nama SBY sebagai presiden dua periode. Namun, posisi Ani juga mengkhawatirkan jika kepemimpinan SBY pada kabinet Indonesia Bersatu Jilid II ini banyak mengalami kemunduran atau bahkan kegagalan. 

Menurut hasil survey dan analisisnya, peluang Megawati menjadi presiden pada periode 2014 masih terbuka sangat lebar. Ia menuturkan keuntungan Megawati jika ia mencalonkan diri sebagai presiden menggantikan SBY nantinya. Qodari membeberkan ada lima keuntungan yang akan didapat Megawati jika ia urun maju dalam Pilpres yang salah satunya adalah dari kalangan para korban kebijakan orde baru. Menurutnya, para korban kebijakan orde baru ini akan memilih Megawati sebagai presiden periode selanjutnya di samping kedekatannya dengan rakyat bawah, Megawati mempunyai kans terpilih yang besar di tanah kelahirannya. 

Hanya saja, Megawati bukanlah orang yang komunikatif dan kaku. Hal inilah yang merupakan salah satu kendala yang perlu dibenahi Megawati.

Tak hanya menganalisis bakal calon presiden periode 2014, Qodari juga menganalisis masa depan sebuah partai baru yang berkeinginan memenangkan pemilu 2014 mendatang. Menurutnya, jarang sekali ada cerita mengenai partai politik yang baru muncul dan langsung memenangkan pemilu. Bisa saja diperhitungkan, namun untuk menang dalam pemilu dan menjadi partai besar kemungkinannya agak berat, ulasnya. Ia mencontohkan kehadiran parpol PDI Perjuangan yang telah berdiri lama namun pada beberapa kali pemilu diselenggarakan nyatanya tidak memenangi pemilu.

Ia menambahkan, bahwa keunggulan partai baru tersebut hanya terletak pada kekuatan sisi infrastruktur yang merata, logistik yang memadai, serta dukungan media massa yang cukup besar. Namun, partai tersebut juga memiliki kendala di antaranya tokoh yang kurang populer dan kinerja pemerintah yang naik turun.

Saat ini, Qodari bekerja di lembaga survey yang ia dirikan bersama dua rekannya sesama pengamat politik dan menjabat sebagai Direktur Ekskutif Indobarometer. Selama bekerja di lembaga survey, ia menuturkan bahwa pasang surut lembaga survey bergantung pada empat hal yakni, metodologi penelitian yang tepat, protokol pemilihan responden yang disiplin dan wawancara yang baik, entry data yang baik, serta integritas peneliti dalam membuat laporan akhir. Hal inilah yang diperlukan dalam melakukan survey dan menentukan hasilnya.

Oleh: Atiqoh Hasan

Profil

  • Nama Lengkap

    Dr. Muhammad Qodari S.Psi, MA

  • Alias

    Qodari

  • Agama

    Islam

  • Tempat Lahir

  • Tanggal Lahir

    1973-10-15

  • Zodiak

    Balance

  • Warga Negara

    Indonesia

  • Biografi

    Namanya Muhammad Qodari, S.Psi, MA. Ia merupakan seorang pengamat politik sekaligus peneliti muda Indonesia. Kiprahnya di dunia politik berawal sejak ia duduk di bangku perkuliahan jurusan Psikologi Sosial Universitas Indonesia kemudian berlanjut mengambil master degree di Political Behaviour, University of Essex, Inggris. Banyak pengetahuan politik yang ia dapatkan sampai ulasan dan berbagai analisis politiknya kerap kali menjadi bahan rujukan para wartawan media massa baik cetak maupun online. Banyak pihak mengakui bahwa kemampuan analisis dan menangkap isu yang sedang dan akan berkembang pria yang akrab disapa Qodari ini di atas rata-rata.

    Beberapa waktu yang lalu, pria kelahiran 15 Oktober 1973 ini mengungkapkan analisisnya mengenai hasil survey di 33 provinsi yang menyimpulkan bahwa ibu negara, Ani Yudhoyono berpeluang duduk menjadi pejabat negara nomor wahid periode 2014-2019. Ia juga sempat mengatakan kemungkinan-kemungkinan yang bakal dihadapi oleh Ani jika mencalonkan diri pada Pilpres 2014 mendatang. Pria yang pernah menjabat sebagai Wakil Direktur Eksekutif Lingkaran Survei Indonesia (LSI) pada Juli 2005 hingga Oktober 2006 ini menuturkan keuntungan Ani bisa disokong dari kepopuleran nama SBY sebagai presiden dua periode. Namun, posisi Ani juga mengkhawatirkan jika kepemimpinan SBY pada kabinet Indonesia Bersatu Jilid II ini banyak mengalami kemunduran atau bahkan kegagalan. 

    Menurut hasil survey dan analisisnya, peluang Megawati menjadi presiden pada periode 2014 masih terbuka sangat lebar. Ia menuturkan keuntungan Megawati jika ia mencalonkan diri sebagai presiden menggantikan SBY nantinya. Qodari membeberkan ada lima keuntungan yang akan didapat Megawati jika ia urun maju dalam Pilpres yang salah satunya adalah dari kalangan para korban kebijakan orde baru. Menurutnya, para korban kebijakan orde baru ini akan memilih Megawati sebagai presiden periode selanjutnya di samping kedekatannya dengan rakyat bawah, Megawati mempunyai kans terpilih yang besar di tanah kelahirannya. 

    Hanya saja, Megawati bukanlah orang yang komunikatif dan kaku. Hal inilah yang merupakan salah satu kendala yang perlu dibenahi Megawati.

    Tak hanya menganalisis bakal calon presiden periode 2014, Qodari juga menganalisis masa depan sebuah partai baru yang berkeinginan memenangkan pemilu 2014 mendatang. Menurutnya, jarang sekali ada cerita mengenai partai politik yang baru muncul dan langsung memenangkan pemilu. Bisa saja diperhitungkan, namun untuk menang dalam pemilu dan menjadi partai besar kemungkinannya agak berat, ulasnya. Ia mencontohkan kehadiran parpol PDI Perjuangan yang telah berdiri lama namun pada beberapa kali pemilu diselenggarakan nyatanya tidak memenangi pemilu.

    Ia menambahkan, bahwa keunggulan partai baru tersebut hanya terletak pada kekuatan sisi infrastruktur yang merata, logistik yang memadai, serta dukungan media massa yang cukup besar. Namun, partai tersebut juga memiliki kendala di antaranya tokoh yang kurang populer dan kinerja pemerintah yang naik turun.

    Saat ini, Qodari bekerja di lembaga survey yang ia dirikan bersama dua rekannya sesama pengamat politik dan menjabat sebagai Direktur Ekskutif Indobarometer. Selama bekerja di lembaga survey, ia menuturkan bahwa pasang surut lembaga survey bergantung pada empat hal yakni, metodologi penelitian yang tepat, protokol pemilihan responden yang disiplin dan wawancara yang baik, entry data yang baik, serta integritas peneliti dalam membuat laporan akhir. Hal inilah yang diperlukan dalam melakukan survey dan menentukan hasilnya.

    Oleh: Atiqoh Hasan

  • Pendidikan

    • S-1 bidang Psikologi Sosial dari Universitas Indonesia, Jakarta.
    • S-2 bidang Political Behaviour di University of Essex, Inggris.
    • S-3 bidang Ilmu Politik di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

  • Karir

    • Direktur Eksekutif Indobarometer (IB)
    • Wakil Direktur Eksekutif Lingkaran Survei Indonesia (LSI) pada Juli 2005 – Oktober 2006, 
    • Direktur Riset Lembaga Survei Indonesia (LSI), Juli 2003 – Juni 2005, 
    • Chief Editor, Majalah Kandidat, Campaign and Election Magazine, Agustus 2003 – Juni 2004, 
    • Peneliti di Centre for Strategic and International Studies (CSIS), November 2002 – Juli 2003, 
    • Kolomnis dan Pengamat Politik sejak 1999 – sekarang, 
    • Peneliti di Institut Studi Arus Informasi (ISAI), Mei 1999 – September 2001.

  • Penghargaan

Geser ke atas Berita Selanjutnya