Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Profil

Nachrowi Ramli

Profil Nachrowi Ramli, Berita Terbaru Terkini | Merdeka.com

Bang Nara, panggilan akrab Mayjen TNI (Purn) H. Nachrowi Ramli lahir di Jakarta tanggal 12 Juli 1951. Ayahnya, Ramli bin Miun adalah seorang anggota Laskar Rakyat yang alih profesi menjadi pegawai Percetakan Negara yang akhirnya memiliki usaha percetakan sendiri. Menginjak kelas dua SMP, ayahnya meninggal dunia. Sejak 7 Juli 1965 itu Nara menjadi anak yatim. Nara kecil sudah mulai menunjukkan minatnya pada dunia politik, dia pernah bergabung dengan Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI) Rakarsa, rayon Kramat Salemba dan ikut berdemo.

Setamat SMP Muhammadiyah 3, Nara melanjutkan ke SMA Muhammadiyah 1 di Jalan Kramat Raya 49 Jakarta Pusat. Seusai menyelesaikan studinya di SMA, nara yang sudah terlanjur cinta dengan TNI, akhirnya memutuskan untuk masuk ke Akademi Angkatan Bersenjata RI (Akabri). Nara mengikuti seleksi masuk Akabri mulai dari tingkat daerah, pusat, hingga lolos ke ke Magelang tahun 1969.

Setelah empat tahun menempuh masa latihan di Lembah Tidar, tahun 1973 bersama ratusan taruna lainnya, termasuk Susilo Bambang Yudhoyono, Nara diwisuda. Selanjutnya dia mengikuti kursus kecabangan teknik elektro selama enam bulan di Pusat Pendidikan Perhubungan TNI AD di Cimahi, Jawa Barat.

Di sana untuk pertama kali Nara belajar ilmu sandi. Karena nilainya yang bagus saat mengikuti kursus kecabangan teknik elektro, ia ditunjuk untuk mengikuti pendidikan di Akademi Sandi Negara tahun 1978.Melalui pendidikannya itu, setelah dua tahun Nara lulus sebagai salah satu siswa terbaik sehingga berhak menyandang gelar Ahli Sandi Tingkat III.

Pada 1984, untuk pertama kalinya Nara terpilih untuk mengikuti persiapan penugasan luar negeri. Ia ditarik ke Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg) dan selanjutnya diperbantukan ke Departemen Luar Negeri. Disinilah, pengetahuan Nara mengenai perang semakin terasah. Dia juga mempelajari bagaimana tata cara pergaulan di dunia diplomat yang memiliki aturan tersendiri.

Pada awal Agustus tahun 1986, Nara ditempatkan sebagai Atase Administrasi di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kairo, Mesir. Belum genap satu minggu, tugas berat langsung menyambutnya. Bang Nara harus mengamankan perjalanan istri Wakil Presiden Umar Wirahadikusuma yang berkunjung ke Kairo dan sekitarnya. Sepekan kemudian Nara harus terbang ke Harare, Zimbabwe, untuk membantu kelancaran misi delegasi Indonesia dalam KTT Non Blok ke-VIII.

Pada tahun 2002, Nara ditunjuk untuk menggantikan Laksamana Muda B.O. Hutagalung untuk menjadi Kepala Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg). Sebagai kepala Lemsaneg, banyak kebijakan yang telah dibuat oleh Nara salah satunya adalah dengan menerbitkan Sistem Persandian Nasional (SISDINA) pada bulan April 2004. Selama 34 tahun mengabdi sebagai perwira TNI, Nara sudah membuktikan bahwa ia mampu menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya dengan hasil yang membanggakan.

Nara kemudian mulai masuk ke dunia politik dengan bergabung sebagai anggota Partai Demokrat. Hingga akhirnya pada tanggal 4 November 2010, Nara terpilih secara aklamasi sebagai Ketua DPD Partai Demokrat DKI Jakarta. Dalam pemilihan kepala daerah tahun 2012, Nara maju mencalonkan dirinya sebagai wakil gubernur DKI Jakarta mendampingi Fauzi Bowo.

Riset dan Analisa: Fathimatuz Zahroh

Profil

  • Nama Lengkap

    Mayjen TNI (Purn) H. Nachrowi Ramli

  • Alias

    Bang Nara | Nara

  • Agama

    Islam

  • Tempat Lahir

    Jakarta

  • Tanggal Lahir

    1951-07-12

  • Zodiak

    Cancer

  • Warga Negara

    Indonesia

  • Ayah

    Ramli bin Miun

  • Istri

    Hj. Alfina Efi Maria

  • Anak

    Dinar Eka Finarli, Githa Dwi Hastuti, Metha Tri Nirbaya, Ditha Ria Karinda

  • Biografi

    Bang Nara, panggilan akrab Mayjen TNI (Purn) H. Nachrowi Ramli lahir di Jakarta tanggal 12 Juli 1951. Ayahnya, Ramli bin Miun adalah seorang anggota Laskar Rakyat yang alih profesi menjadi pegawai Percetakan Negara yang akhirnya memiliki usaha percetakan sendiri. Menginjak kelas dua SMP, ayahnya meninggal dunia. Sejak 7 Juli 1965 itu Nara menjadi anak yatim. Nara kecil sudah mulai menunjukkan minatnya pada dunia politik, dia pernah bergabung dengan Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI) Rakarsa, rayon Kramat Salemba dan ikut berdemo.

    Setamat SMP Muhammadiyah 3, Nara melanjutkan ke SMA Muhammadiyah 1 di Jalan Kramat Raya 49 Jakarta Pusat. Seusai menyelesaikan studinya di SMA, nara yang sudah terlanjur cinta dengan TNI, akhirnya memutuskan untuk masuk ke Akademi Angkatan Bersenjata RI (Akabri). Nara mengikuti seleksi masuk Akabri mulai dari tingkat daerah, pusat, hingga lolos ke ke Magelang tahun 1969.

    Setelah empat tahun menempuh masa latihan di Lembah Tidar, tahun 1973 bersama ratusan taruna lainnya, termasuk Susilo Bambang Yudhoyono, Nara diwisuda. Selanjutnya dia mengikuti kursus kecabangan teknik elektro selama enam bulan di Pusat Pendidikan Perhubungan TNI AD di Cimahi, Jawa Barat.

    Di sana untuk pertama kali Nara belajar ilmu sandi. Karena nilainya yang bagus saat mengikuti kursus kecabangan teknik elektro, ia ditunjuk untuk mengikuti pendidikan di Akademi Sandi Negara tahun 1978.Melalui pendidikannya itu, setelah dua tahun Nara lulus sebagai salah satu siswa terbaik sehingga berhak menyandang gelar Ahli Sandi Tingkat III.

    Pada 1984, untuk pertama kalinya Nara terpilih untuk mengikuti persiapan penugasan luar negeri. Ia ditarik ke Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg) dan selanjutnya diperbantukan ke Departemen Luar Negeri. Disinilah, pengetahuan Nara mengenai perang semakin terasah. Dia juga mempelajari bagaimana tata cara pergaulan di dunia diplomat yang memiliki aturan tersendiri.

    Pada awal Agustus tahun 1986, Nara ditempatkan sebagai Atase Administrasi di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kairo, Mesir. Belum genap satu minggu, tugas berat langsung menyambutnya. Bang Nara harus mengamankan perjalanan istri Wakil Presiden Umar Wirahadikusuma yang berkunjung ke Kairo dan sekitarnya. Sepekan kemudian Nara harus terbang ke Harare, Zimbabwe, untuk membantu kelancaran misi delegasi Indonesia dalam KTT Non Blok ke-VIII.

    Pada tahun 2002, Nara ditunjuk untuk menggantikan Laksamana Muda B.O. Hutagalung untuk menjadi Kepala Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg). Sebagai kepala Lemsaneg, banyak kebijakan yang telah dibuat oleh Nara salah satunya adalah dengan menerbitkan Sistem Persandian Nasional (SISDINA) pada bulan April 2004. Selama 34 tahun mengabdi sebagai perwira TNI, Nara sudah membuktikan bahwa ia mampu menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya dengan hasil yang membanggakan.

    Nara kemudian mulai masuk ke dunia politik dengan bergabung sebagai anggota Partai Demokrat. Hingga akhirnya pada tanggal 4 November 2010, Nara terpilih secara aklamasi sebagai Ketua DPD Partai Demokrat DKI Jakarta. Dalam pemilihan kepala daerah tahun 2012, Nara maju mencalonkan dirinya sebagai wakil gubernur DKI Jakarta mendampingi Fauzi Bowo.

    Riset dan Analisa: Fathimatuz Zahroh

  • Pendidikan

    • SMP Muhammadiyah 3, Jakarta Pusat
    • SMA Muhammadiyah 1, Jakarta Pusat
    • Akademi Militer (Akmil)

  • Karir

    • Perwira intelijen di lingkungan TNI AD (1974 – 1986)
    • Atase KBRI Mesir (1986 – 1992)
    • Deputi II Lembaga Sandi Negara RI (1995)
    • Deputi Bidang Pamsan & Komlek Lembaga Sandi Negara RI (1998)
    • Deputi Bidang Keamanan Lembaga Sandi Negara RI (1999)
    • Sekretaris Lembaga Sandi Negara RI (2001)
    • Kepala Lembaga Sandi Negara RI (2002 – 2008)

  • Penghargaan

    • Satyalencana Kesetiaan 8 th. Mabes Abri 1985
    • Satyalencana Kesetiaan 16 th. Mabes Abri 1998
    • Satyalencana Kesetiaan 24 th. Mabes Abri 1992
    • Satyalencana Dwidya Sistha Mabes Abri 1997
    • Satyalencana Dharma Nusa Mabes Abri 1998
    • Penghargaan Persandian 20 th. Lemsaneg RI 1999
    • Penghargaan Persandian 30 th. Lemsaneg RI 2003
    • Bintang Kartika Eka Pakçi Nararya Presiden RI 2005
    • Bintang Yudha Dharma Nararya Presiden RI 2006
    • Bintang Kartika Eka Pakçi Pratama Presiden RI 2006
    • Bintang Yudha Dharma Pratama Presiden RI 2008
    • Bintang Jasa Utama Presiden RI 2008

Geser ke atas Berita Selanjutnya