Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Profil

Rieke Diah Pitaloka Intan Permatasari

Profil Rieke Diah Pitaloka Intan Permatasari, Berita Terbaru Terkini | Merdeka.com

Rieke Diah Pitaloka Intan Permatasari lahir di Garut, Jawa Barat pada 8 Januari 1974. Ia mengawali karirnya sebagai aktris sinetron. Dari sekian banyak sinetron yang pernah dibintanginya, sitkom Bajaj Bajurilah yang paling mengorbitkan namanya. Dalam sinetron komedi yang tayang di Trans TV itu, ia beradu akting dengan komedian Mat Solar yang berperan sebagai seorang supir bajaj bernama Bajuri.

Di sinetron bersutradara Aris Nugraha itu, Rieke berperan sebagai Oneng, istri Bajuri, yang berkarakter polos bahkan terkesan blo’on. Peran yang kerap mengundang tawa itu akhirnya berhasil memancing kekaguman pemirsa atas aktingnya. Penghargaan dari Forum Film Bandung 2003 sebagai Aktris Wanita Terpuji pun berhasil disabet Rieke.

Selain sinetron, Rieke juga menjajal dunia teater. Di samping untuk terus menggali potensinya dalam berakting, ia juga ingin melepaskan imej Oneng yang selama bertahun-tahun melekat padanya. Meski terbilang sukses, nampaknya peran tersebut lama kelamaan membuatnya jengah. "Aku ingin image Oneng yang o’on hilang dari diriku makanya lewat pementasan ini aku akan coba mengikis image tersebut sedikit demi sedikit," ungkapnya pada acara jumpa pers pementasan teater yang berjudul 'Cipoa' yang digelar di pertengahan Juni 2007.

Setelah dunia seni peran, jebolan Sastra Belanda Universitas Indonesia ini mulai merambah dunia politik. Ketertarikan Rieke pada politik tak main-main atau hanya sekadar latah mengekor jejak rekan seprofesinya yang lebih dulu berkecimpung sebagai politikus.

Rieke mengaku, selama aktif dalam bidang politik, ia sering mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan lantaran terlalu vokal menyuarakan aspirasi rakyat. Ancaman pun kerap ia dapatkan dari oknum-oknum yang berseberangan pemikiran dengannya. Tapi hal itu tidak pernah menyurutkan semangatnya untuk terus menyuarakan aspirasi rakyat.

Keseriusan dan komitmennya dibuktikan dengan berbagai jabatan yang pernah diamanatkan padanya. Rieke pernah menjabat sebagai wakil sekretaris jenderal DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pimpinan Muhaimin Iskandar.

Belakangan ia mengundurkan diri dari partai berbasis massa Islam tersebut untuk kemudian bergabung ke Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) pimpinan Megawati Soekarnoputri. Partai berlogo banteng itulah yang kemudian mendukung pencalonannya sebagai caleg pada Pileg tahun 2009. Berbekal popularitasnya sebagai selebriti, Rieke yang mewakili Daerah Pemilihan Jawa Barat II berhasil melenggang ke Senayan sebagai anggota DPR periode 2009-2014.

Dalam melakukan tugas sebagai anggota dewan, perlu ditopang oleh kemampuan intelektualitas. Selain kritis, ia juga figur yang amat mementingkan pendidikan. Di tengah puncak karirnya, Rieke tetap berusaha menimba ilmu. Setelah berhasil meraih gelar sarjana di bidang filsafat dan sastra, perempuan yang kerap disapa Keke ini meneruskan studinya ke jenjang S-2 jurusan Filsafat Universitas Indonesia (UI).

Bahkan tesisnya yang berjudul Banalitas Kejahatan: Aku yang tak Mengenal Diriku, Telaah Hannah Arendt Perihal Kekerasan Negara sudah dijadikan buku dengan judul Kekerasan Negara Menular ke Masyarakat terbitan Galang Press. Peluncuran buku tersebut dilakukan pada 19 Oktober 2004 bertempat di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki

Di sela-sela padatnya aktivitas, Rieke juga aktif menulis. Selain tentang politik, politikus yang vokal memperjuangkan nasib kaum hawa ini juga gemar merangkai kata menjadi sebuah puisi indah. Pada Desember 2001, ia mempublikasikan kumpulan puisi-puisinya dalam sebuah buku berjudul Renungan Kloset untuk pertama kali. Dua tahun kemudian, April 2003, Rieke meluncurkan ’sekuel’ buku kumpulan puisi Renungan Kloset yang diberi tajuk Dari Cengkeh sampai Utrecht. Selanjutnya, Rieke kembali meluncurkan karyanya, masih berbentuk kumpulan puisi yang kali ini diberi judul UPS! pada Desember 2005.

Selain rajin menelurkan karya tulisnya dalam bentuk buku, bintang iklan sebuah merk minuman kesehatan ini juga mendirikan Yayasan Pitaloka, sebuah yayasan yang bergerak di bidang sastra dan sosial kemasyarakatan.

Di samping soal popularitasnya sebagai aktris yang kemudian terjun sebagai politikus, kehidupan pribadi Rieke pun tak luput dari sorotan media. Rieke mengakhiri masa lajangnya setelah menerima pinangan seorang dosen filsafat Universitas Indonesia bernama Donny Gahral Adian pada Sabtu, 23 Juli 2005, di kediaman orangtua Rieke di Garut, Jawa Barat.

Rieke yang menikah di usia kepala 3 ini amat mendamba hadirnya momongan sebagai penerus keturunannya. Setelah menanti cukup lama serta mengalami dua kali keguguran, ia melahirkan bayi pertamanya pada 11 Maret 2009 pukul 15.20 WIB di Rumah Sakit Boromeus Bandung. Bayi berjenis kelamin laki-laki dengan berat 2,9 kg dan panjang 51 cm itu diberi nama Sagara Kawani Adiansyah, yang dalam bahasa Sunda berarti lautan keberanian.

Kini, Rieke dan Teten Masduki mencalonkan diri sebagai Calon Gubernur atau Wakil Gubernur Jawa Barat dalam pilkada Jabar.

Profil

  • Nama Lengkap

    Rieke Diah Pitaloka Intan Permatasari S.S, SHum

  • Alias

    Rieke Diah Pitaloka | Rieke | Oneng

  • Agama

    Islam

  • Tempat Lahir

    Garut, Jawa Barat

  • Tanggal Lahir

    1947-01-08

  • Zodiak

    Capricorn

  • Warga Negara

    Indonesia

  • Suami

    Donny Gahral Adian

  • Anak

    Sagara Kawani Adiansyah

  • Biografi

    Rieke Diah Pitaloka Intan Permatasari lahir di Garut, Jawa Barat pada 8 Januari 1974. Ia mengawali karirnya sebagai aktris sinetron. Dari sekian banyak sinetron yang pernah dibintanginya, sitkom Bajaj Bajurilah yang paling mengorbitkan namanya. Dalam sinetron komedi yang tayang di Trans TV itu, ia beradu akting dengan komedian Mat Solar yang berperan sebagai seorang supir bajaj bernama Bajuri.

    Di sinetron bersutradara Aris Nugraha itu, Rieke berperan sebagai Oneng, istri Bajuri, yang berkarakter polos bahkan terkesan blo’on. Peran yang kerap mengundang tawa itu akhirnya berhasil memancing kekaguman pemirsa atas aktingnya. Penghargaan dari Forum Film Bandung 2003 sebagai Aktris Wanita Terpuji pun berhasil disabet Rieke.

    Selain sinetron, Rieke juga menjajal dunia teater. Di samping untuk terus menggali potensinya dalam berakting, ia juga ingin melepaskan imej Oneng yang selama bertahun-tahun melekat padanya. Meski terbilang sukses, nampaknya peran tersebut lama kelamaan membuatnya jengah. "Aku ingin image Oneng yang o’on hilang dari diriku makanya lewat pementasan ini aku akan coba mengikis image tersebut sedikit demi sedikit," ungkapnya pada acara jumpa pers pementasan teater yang berjudul 'Cipoa' yang digelar di pertengahan Juni 2007.

    Setelah dunia seni peran, jebolan Sastra Belanda Universitas Indonesia ini mulai merambah dunia politik. Ketertarikan Rieke pada politik tak main-main atau hanya sekadar latah mengekor jejak rekan seprofesinya yang lebih dulu berkecimpung sebagai politikus.

    Rieke mengaku, selama aktif dalam bidang politik, ia sering mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan lantaran terlalu vokal menyuarakan aspirasi rakyat. Ancaman pun kerap ia dapatkan dari oknum-oknum yang berseberangan pemikiran dengannya. Tapi hal itu tidak pernah menyurutkan semangatnya untuk terus menyuarakan aspirasi rakyat.

    Keseriusan dan komitmennya dibuktikan dengan berbagai jabatan yang pernah diamanatkan padanya. Rieke pernah menjabat sebagai wakil sekretaris jenderal DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pimpinan Muhaimin Iskandar.

    Belakangan ia mengundurkan diri dari partai berbasis massa Islam tersebut untuk kemudian bergabung ke Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) pimpinan Megawati Soekarnoputri. Partai berlogo banteng itulah yang kemudian mendukung pencalonannya sebagai caleg pada Pileg tahun 2009. Berbekal popularitasnya sebagai selebriti, Rieke yang mewakili Daerah Pemilihan Jawa Barat II berhasil melenggang ke Senayan sebagai anggota DPR periode 2009-2014.

    Dalam melakukan tugas sebagai anggota dewan, perlu ditopang oleh kemampuan intelektualitas. Selain kritis, ia juga figur yang amat mementingkan pendidikan. Di tengah puncak karirnya, Rieke tetap berusaha menimba ilmu. Setelah berhasil meraih gelar sarjana di bidang filsafat dan sastra, perempuan yang kerap disapa Keke ini meneruskan studinya ke jenjang S-2 jurusan Filsafat Universitas Indonesia (UI).

    Bahkan tesisnya yang berjudul Banalitas Kejahatan: Aku yang tak Mengenal Diriku, Telaah Hannah Arendt Perihal Kekerasan Negara sudah dijadikan buku dengan judul Kekerasan Negara Menular ke Masyarakat terbitan Galang Press. Peluncuran buku tersebut dilakukan pada 19 Oktober 2004 bertempat di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki

    Di sela-sela padatnya aktivitas, Rieke juga aktif menulis. Selain tentang politik, politikus yang vokal memperjuangkan nasib kaum hawa ini juga gemar merangkai kata menjadi sebuah puisi indah. Pada Desember 2001, ia mempublikasikan kumpulan puisi-puisinya dalam sebuah buku berjudul Renungan Kloset untuk pertama kali. Dua tahun kemudian, April 2003, Rieke meluncurkan ’sekuel’ buku kumpulan puisi Renungan Kloset yang diberi tajuk Dari Cengkeh sampai Utrecht. Selanjutnya, Rieke kembali meluncurkan karyanya, masih berbentuk kumpulan puisi yang kali ini diberi judul UPS! pada Desember 2005.

    Selain rajin menelurkan karya tulisnya dalam bentuk buku, bintang iklan sebuah merk minuman kesehatan ini juga mendirikan Yayasan Pitaloka, sebuah yayasan yang bergerak di bidang sastra dan sosial kemasyarakatan.

    Di samping soal popularitasnya sebagai aktris yang kemudian terjun sebagai politikus, kehidupan pribadi Rieke pun tak luput dari sorotan media. Rieke mengakhiri masa lajangnya setelah menerima pinangan seorang dosen filsafat Universitas Indonesia bernama Donny Gahral Adian pada Sabtu, 23 Juli 2005, di kediaman orangtua Rieke di Garut, Jawa Barat.

    Rieke yang menikah di usia kepala 3 ini amat mendamba hadirnya momongan sebagai penerus keturunannya. Setelah menanti cukup lama serta mengalami dua kali keguguran, ia melahirkan bayi pertamanya pada 11 Maret 2009 pukul 15.20 WIB di Rumah Sakit Boromeus Bandung. Bayi berjenis kelamin laki-laki dengan berat 2,9 kg dan panjang 51 cm itu diberi nama Sagara Kawani Adiansyah, yang dalam bahasa Sunda berarti lautan keberanian.

    Kini, Rieke dan Teten Masduki mencalonkan diri sebagai Calon Gubernur atau Wakil Gubernur Jawa Barat dalam pilkada Jabar.

  • Pendidikan

    • Program Pasca Sarjana Filsafat Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (UI), 2001-2004.
    • Fakultas Sastra Jurusan Sastra Belanda Universitas Indonesia (UI), 1994-2000.
    • SMU Negeri 1, Garut, 1990-1993.
    • SMP Negeri 2, Garut, 1987-1990.
    • SD Yos Sudarso, Garut, 1981-1987.

    Non Formal:

    • Kursus Filsafat di Extention Course Programme Driyakara School of Philosophy Jakarta, 2000.
    • Kursus Bahasa Inggris di The British Institue Jakarta, 2000.

  • Karir

    • Anggota DPR RI Periode 2009-2014
    • Aktris
    • Pendiri Yayasan Pitaloka

    Organisasi:

    • Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan DPP PDI Perjuangan, 2008-sekarang.
    • Star Fellow of Greenpeace Jakarta, 2006-sekarang.
    • Ketua Yayasan Pitaloka, 2006-sekarang.
    • Gerakan Mahasiswa UI (Aliansi Pro Demokrasi Anti Militerisme), 1998.

  • Penghargaan

Geser ke atas Berita Selanjutnya