Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Profil

Roeslan Abdulgani

Profil Roeslan Abdulgani | Merdeka.com

Dilahirkan di kota Pahlawan, Surabaya, 24 November 1914, Roeslan Abdulgani dikenal sebagai tokoh penting atas terselenggaranya KAA Asia-Afrika di Bandung pada tahun 1955. Jiwa nasionalisme yang ditanamkan oleh ayahnya sejak kecil membuat Cak Roes, demikian Roeslan Abdulgani disapa, memahami arti dari sebuah keberagaman.

Semasa muda Cak Roes mulai meniti karir di bidang politik yaitu bergabung dengan Natipy, sebuah kepanduan berhaluan Nasional. Selain itu, ia juga bergabung dengan anggota Jong Islamieten Bond serta Indonesia Muda. Arek asli Suroboyo ini sempat terlibat dalam pertempuran yang terjadi pada tanggal 10 November 1945 ketika pasukan sekutu mendarat di Surabaya. Pertempuran sengit antara sekutu dan arek-arek Suroboyo ini memaksa Cak Roes untuk menyingkir dari Surabaya menuju Malang. Di sana, ia ditunjuk menjadi Sekertaris Jenderal Menteri Penerangan pada tahun 1947-1954.

Setelah Agresi Militer ke-2, tanggal 19 Desember 1945 di Jogjakarta, kedaulatan berpindah tempat di Jakarta. Karir politik Cak Roes terus melejit hingga mengantarkannya menjadi Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri pada tahun 1954-1956. Berbekal pengalaman aktif dalam organisasi politik, nama Cak Roes berturut-turut hadir dalam berbagai jabatan yang ada di kepemimpinan presiden Soekarno hingga Soeharto. Setelah menjabat menjadi Menteri Luar Negeri pada Kabinet Ali Sastroamidjojo II (1956-1957), ia didaulat menjadi Menteri Penerangan pada tahun 1962-1966, dan menjadi Wakil Perdana Menteri pada tahun 1966-1967.

Pada tahun 1967-1971 Cak Roes dipercaya menjadi Duta Besar RI di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) serta menjabat sebagai Ketua Tim Penasehat Presiden mengenai Pancasila sejak tahun 1978. Sempat memiliki cita-cita menjadi anggota militer pada masa remaja namun tak tercapai, karena pada masa itu sekolah militer hanya dikhususkan bagi anak-anak priyayi, Roeslan lantas mendaftarkan diri di sekolah keguruan khusus warga Eropa (Openbare Europese Kweekschool). Namun, sebagai anggota Indonesia Muda, ia harus rela dikeluarkan dari sekolah tersebut.

Sebuah traumatis dan euforia sempat diceritakan oleh Cak Roes saat dirinya mengungkapkan bahwa ia pernah dijebloskan ke dalam penjara sebanyak tiga kali saat dirinya tengah meneruskan cita-cita ayahnya, Abdulgani yang saat itu merupakan tokoh dalam Partai Sarikat Dagang Islam, yakni berdagang. Banyak luka yang meninggalkan cacat pada tubuhnya membuat kenangan-kenangan pada suasana perang serasa diputar berulang kali. Ia mengatakan bahwa euforia berlebihan juga kerap kali ia rasakan saat ingatan-ingatan sukacita bangsa Indonesia meraih kemerdekaan yang mutlak.

Semasa hidupnya, Cak Roes mempunyai lima orang anak dari buah pernikahannya dengan Sihwati Nawangwulan. Ia juga memperoleh gelar Jenderal TNI Kehormatan Bintang Empat, Bintang Mahaputra.

Oleh: Atiqoh Hasan

Profil

  • Nama Lengkap

    Dr. H. Roeslan Abdulgani

  • Alias

    Roeslan | Abdulgani | Cak Roes

  • Agama

    Islam

  • Tempat Lahir

    Surabaya

  • Tanggal Lahir

    1914-11-24

  • Zodiak

    Sagittarius

  • Warga Negara

    Indonesia

  • Istri

    Sihwati Nawangwulan

  • Biografi

    Dilahirkan di kota Pahlawan, Surabaya, 24 November 1914, Roeslan Abdulgani dikenal sebagai tokoh penting atas terselenggaranya KAA Asia-Afrika di Bandung pada tahun 1955. Jiwa nasionalisme yang ditanamkan oleh ayahnya sejak kecil membuat Cak Roes, demikian Roeslan Abdulgani disapa, memahami arti dari sebuah keberagaman.

    Semasa muda Cak Roes mulai meniti karir di bidang politik yaitu bergabung dengan Natipy, sebuah kepanduan berhaluan Nasional. Selain itu, ia juga bergabung dengan anggota Jong Islamieten Bond serta Indonesia Muda. Arek asli Suroboyo ini sempat terlibat dalam pertempuran yang terjadi pada tanggal 10 November 1945 ketika pasukan sekutu mendarat di Surabaya. Pertempuran sengit antara sekutu dan arek-arek Suroboyo ini memaksa Cak Roes untuk menyingkir dari Surabaya menuju Malang. Di sana, ia ditunjuk menjadi Sekertaris Jenderal Menteri Penerangan pada tahun 1947-1954.

    Setelah Agresi Militer ke-2, tanggal 19 Desember 1945 di Jogjakarta, kedaulatan berpindah tempat di Jakarta. Karir politik Cak Roes terus melejit hingga mengantarkannya menjadi Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri pada tahun 1954-1956. Berbekal pengalaman aktif dalam organisasi politik, nama Cak Roes berturut-turut hadir dalam berbagai jabatan yang ada di kepemimpinan presiden Soekarno hingga Soeharto. Setelah menjabat menjadi Menteri Luar Negeri pada Kabinet Ali Sastroamidjojo II (1956-1957), ia didaulat menjadi Menteri Penerangan pada tahun 1962-1966, dan menjadi Wakil Perdana Menteri pada tahun 1966-1967.

    Pada tahun 1967-1971 Cak Roes dipercaya menjadi Duta Besar RI di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) serta menjabat sebagai Ketua Tim Penasehat Presiden mengenai Pancasila sejak tahun 1978. Sempat memiliki cita-cita menjadi anggota militer pada masa remaja namun tak tercapai, karena pada masa itu sekolah militer hanya dikhususkan bagi anak-anak priyayi, Roeslan lantas mendaftarkan diri di sekolah keguruan khusus warga Eropa (Openbare Europese Kweekschool). Namun, sebagai anggota Indonesia Muda, ia harus rela dikeluarkan dari sekolah tersebut.

    Sebuah traumatis dan euforia sempat diceritakan oleh Cak Roes saat dirinya mengungkapkan bahwa ia pernah dijebloskan ke dalam penjara sebanyak tiga kali saat dirinya tengah meneruskan cita-cita ayahnya, Abdulgani yang saat itu merupakan tokoh dalam Partai Sarikat Dagang Islam, yakni berdagang. Banyak luka yang meninggalkan cacat pada tubuhnya membuat kenangan-kenangan pada suasana perang serasa diputar berulang kali. Ia mengatakan bahwa euforia berlebihan juga kerap kali ia rasakan saat ingatan-ingatan sukacita bangsa Indonesia meraih kemerdekaan yang mutlak.

    Semasa hidupnya, Cak Roes mempunyai lima orang anak dari buah pernikahannya dengan Sihwati Nawangwulan. Ia juga memperoleh gelar Jenderal TNI Kehormatan Bintang Empat, Bintang Mahaputra.

    Oleh: Atiqoh Hasan

  • Pendidikan

    • Barnard College, New York, AS (1969)
    • Hunter College, New York, AS (1968) 
    • Kursus Notariat I dan II (1940) 
    • Kursus Tata Buku A dan B (1938)
    • HBS-B, Surabaya (1934)
    • MULO, Surabaya (1932)
    • HIS, Surabaya (1928)  

  • Karir

    • Ketua Tim Penasihat Presiden mengenai Pelaksanaan P4 (1978- sekarang) 
    • Dubes RI di PBB, New York (1967-1971) 
    • Wakil Perdana Menteri (1966-1967) 
    • Anggota Presidium Kabinet (1965-1966) 
    • Menteri Koordinator, merangkap Menteri Penerangan (1962-1966) 
    • Wakil Ketua IV DPP PNI (1964) 
    • Wakil Ketua DPA (1959-1962) 
    • Wakil Ketua Dewan Nasional, Jakarta (1957-1959) 
    • Menteri Luar Negeri (1956-1957) 
    • Sekjen KAA, Bandung (1955) 
    • Sekjen Deplu (1954-1956) 
    • Sekjen Deppen (1947-1954) 
    • Kepala Dinas Penerangan Rakyat Jawa Timur (1946-1947) 
    • Redaksi Majalah Bakti (1945-1946) 
    • Poetera bagian Ekonomi, Surabaya (1942-1943) 
    • Karyawan Dinas Perindustrian dan Koperasi Rakyat, Surabaya 
    • Ketua Pedoman Besar Indonesia Moeda Surabaya (1936-1937) 
    • Guru Sekolah Menengah Islamiyah/Perguruan Rakyat/Kursus malam Taman Siswa, Surabaya (1935) 
    • Ketua Indonesia Moeda (1934) 
    • Anggota National Indonesische Padvinderij (1926) 

  • Penghargaan

    • UMB Awards Bidang Politik, Universitas Mercubuana, 2005
    • Jenderal TNI Kehormatan Bintang Empat, Bintang Mahaputra

Geser ke atas Berita Selanjutnya