Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Profil

Ben Ali

Profil Ben Ali | Merdeka.com

Ben Ali merupakan presiden kedua negara Tunisia yang dijabatnya selama 23 tahun. Ben Ali sebelumnya diangkat sebagai Perdana Menteri pada bulan Oktober 1987 hingga kemudian menjadi presiden di bulan November pada tahun yang sama dalam sebuah kudeta yang melengserkan presiden saat itu, Habib Bourguiba, yang dianggap tidak kompeten. Ben Ali kemudian terus menjabat sebagai presiden karena selalu menang dalam pemilihan umum. Suara yang mendukungnya bahkan mencapai lebih dari 90% setiap pemilihan dilangsungkan. Bahkan, sebuah referendum konstitusi diterbitkan pada tahun 2002, menyatakan bahwa batas atas usia kandidat presiden ditinggikan menjadi 75 tahun, bukan 70 tahun seperti sebelumnya.

Pemilihan umum terakhir yang memenangkan Ben Ali dilangsungkan pada 25 Oktober 2009. Pada 14 Januari 2011, Ben Ali akhirnya terpaksa mengungsi ke Arab Saudi bersama istrinya, Leila, dan tiga anaknya karena telah terjadi protes keras selama berbulan-bulan menentang pemerintahannya.

Riwayat pendidikan Ben Ali cukup mencengangkan. Dia tidak pernah menyelesaikan SMA-nya. Namun, Ben Ali mendapatkan pelatihan di Special Inter-service School di Saint-Cyr, Prancis, Artillery School di Chalons-sur-Marne, Prancis, Senior Intelligence School di Maryland, dan School for Anti-Aircraft Field Artillery di Texas. 

Karir militernya dimulai pada tahun 1964 sebagai staf pegawai di Tunisia. Dalam masa pelayanannya itu, Ben Ali mendirikan Departemen Keamanan Militer dan mengatur pengoperasian badan ini selama 10 tahun. Ben menjadi atase militer untuk Maroko dan Spanyol sebelum akhirnya ditunjuk sebagai Direktur Jenderal Keamanan Nasional pada tahun 1977.

Ben juga pernah ditunjuk sebagai Duta Besar untuk Polandia dan melaksanakan tugasnya di sana selama empat tahun. Kemudian Ben ditugaskan sebagai Menteri Negara yang bertanggung jawab atas urusan dalam negeri sebelum akhirnya diangkat menjadi Menteri Dalam Negeri pada 28 April 1986. 

Satu setengah tahun kemudian, Ben diangkat menjadi Perdana Menteri oleh presiden saat itu. Tak lama, hanya selang satu bulan, Ben melakukan kudeta dan menasbihkan diri sebagai presiden Tunisia.

Pengambilalihan kekuasan dari tangan Habib Bourguiba pada bulan Oktober 1987 ini sendiri tenar disebut sebagai kudeta medis atau Jasmine Revolution. Pasalnya, Ben saat itu menemui dokter dan memintanya membuat laporan medis yang menyatakan bahwa Bourguiba secara medis tidak mampu dan tidak dapat memenuhi tugasnya sebagai presiden. Hari diangkatnya Ben sebagai presiden diperingati setiap tahun di Tunisia sebagai Hari Era Baru.

Masa pemerintahan Ben Ali di Tunisia diwarnai dengan beberapa permasalahan. Di antaranya pelanggaran hak asasi manusia dan dibatasinya kebebasan pers. Pada pemilu tahun 2009, Ben Ali kembali terpilih dengan suara 89%. African Union mengirimkan penyelidik untuk menyelidiki pemilihan tersebut. Delegasi tersebut menyatakan bahwa pemilu yang diselenggarakan tersebut aman dan bebas. Namun, seorang juru bicara dari US State Department mengindikasikan bahwa Tunisia tidak mengizinkan pengawasan penyelidik internasional. Ada juga laporan yang menyatakan bahwa terjadi perlakuan yang tidak semestinya kepada kandidat lawan.

Bulan Desember 2010 dan Januari 2011, kerusuhan akibat banyaknya pengangguran berkembang menjadi protes besar terhadap pemerintahan Ben Ali. Pada 13 Januari 2011, Ben mengumumkan bahwa dia tidak akan mencalonkan diri lagi untuk masa jabatan 2014 dan bersumpah untuk meningkatkan kebebasan pers dan perekonomian. Sehari kemudian, ribuan demonstran turun ke jalan di pusat kota Tunis, meminta Ben Ali segera meletakkan jabatan presidennya. Di hari yang sama, Ben bersama keluarganya mengungsi ke Arab Saudi dan puncak pemerintahan untuk sementara dipegang oleh Perdana Menteri, Mohamed Ghannouchi.

Pada 26 Januari 2011, pemerintahan sementara Tunisia menjatuhkan hukuman tahanan internasional untuk Ben Ali. Ben Ali, yang merupakan pelopor berdirinya United Nations World Solidarity Fund dan memerankan peran penting dalam keputusan PBB memproklamirkan tahun 2010 sebagai Tahun Pemuda Internasional, didakwa melarikan uang dan aset negara secara ilegal, pencucian uang, dan perdagangan obat-obatan. Pada 20 Juni 2011, Ben Ali dan istrinya yang sekarang tinggal di pengasingan akhirnya diputuskan dihukum penjara selama 35 tahun secara in absentia.

 

Oleh : Noviana Indah

Profil

  • Nama Lengkap

    Ben Ali

  • Alias

    Zine El Abidine Ben Ali

  • Agama

    Islam

  • Tempat Lahir

    Hammam Sousse

  • Tanggal Lahir

    1939-09-03

  • Zodiak

    Virgo

  • Warga Negara

    Tunisia

  • Istri

    Na’ima el-Kafy, Leila Ben Ali

  • Anak

    Ghazwa El Abidine, Dorsaf El Abidine, Cyrine El Abidine, Nesrine El Abidine, Halima El Abidine, Mohamed Zine El Abidine

  • Biografi

    Ben Ali merupakan presiden kedua negara Tunisia yang dijabatnya selama 23 tahun. Ben Ali sebelumnya diangkat sebagai Perdana Menteri pada bulan Oktober 1987 hingga kemudian menjadi presiden di bulan November pada tahun yang sama dalam sebuah kudeta yang melengserkan presiden saat itu, Habib Bourguiba, yang dianggap tidak kompeten. Ben Ali kemudian terus menjabat sebagai presiden karena selalu menang dalam pemilihan umum. Suara yang mendukungnya bahkan mencapai lebih dari 90% setiap pemilihan dilangsungkan. Bahkan, sebuah referendum konstitusi diterbitkan pada tahun 2002, menyatakan bahwa batas atas usia kandidat presiden ditinggikan menjadi 75 tahun, bukan 70 tahun seperti sebelumnya.

    Pemilihan umum terakhir yang memenangkan Ben Ali dilangsungkan pada 25 Oktober 2009. Pada 14 Januari 2011, Ben Ali akhirnya terpaksa mengungsi ke Arab Saudi bersama istrinya, Leila, dan tiga anaknya karena telah terjadi protes keras selama berbulan-bulan menentang pemerintahannya.

    Riwayat pendidikan Ben Ali cukup mencengangkan. Dia tidak pernah menyelesaikan SMA-nya. Namun, Ben Ali mendapatkan pelatihan di Special Inter-service School di Saint-Cyr, Prancis, Artillery School di Chalons-sur-Marne, Prancis, Senior Intelligence School di Maryland, dan School for Anti-Aircraft Field Artillery di Texas. 

    Karir militernya dimulai pada tahun 1964 sebagai staf pegawai di Tunisia. Dalam masa pelayanannya itu, Ben Ali mendirikan Departemen Keamanan Militer dan mengatur pengoperasian badan ini selama 10 tahun. Ben menjadi atase militer untuk Maroko dan Spanyol sebelum akhirnya ditunjuk sebagai Direktur Jenderal Keamanan Nasional pada tahun 1977.

    Ben juga pernah ditunjuk sebagai Duta Besar untuk Polandia dan melaksanakan tugasnya di sana selama empat tahun. Kemudian Ben ditugaskan sebagai Menteri Negara yang bertanggung jawab atas urusan dalam negeri sebelum akhirnya diangkat menjadi Menteri Dalam Negeri pada 28 April 1986. 

    Satu setengah tahun kemudian, Ben diangkat menjadi Perdana Menteri oleh presiden saat itu. Tak lama, hanya selang satu bulan, Ben melakukan kudeta dan menasbihkan diri sebagai presiden Tunisia.

    Pengambilalihan kekuasan dari tangan Habib Bourguiba pada bulan Oktober 1987 ini sendiri tenar disebut sebagai kudeta medis atau Jasmine Revolution. Pasalnya, Ben saat itu menemui dokter dan memintanya membuat laporan medis yang menyatakan bahwa Bourguiba secara medis tidak mampu dan tidak dapat memenuhi tugasnya sebagai presiden. Hari diangkatnya Ben sebagai presiden diperingati setiap tahun di Tunisia sebagai Hari Era Baru.

    Masa pemerintahan Ben Ali di Tunisia diwarnai dengan beberapa permasalahan. Di antaranya pelanggaran hak asasi manusia dan dibatasinya kebebasan pers. Pada pemilu tahun 2009, Ben Ali kembali terpilih dengan suara 89%. African Union mengirimkan penyelidik untuk menyelidiki pemilihan tersebut. Delegasi tersebut menyatakan bahwa pemilu yang diselenggarakan tersebut aman dan bebas. Namun, seorang juru bicara dari US State Department mengindikasikan bahwa Tunisia tidak mengizinkan pengawasan penyelidik internasional. Ada juga laporan yang menyatakan bahwa terjadi perlakuan yang tidak semestinya kepada kandidat lawan.

    Bulan Desember 2010 dan Januari 2011, kerusuhan akibat banyaknya pengangguran berkembang menjadi protes besar terhadap pemerintahan Ben Ali. Pada 13 Januari 2011, Ben mengumumkan bahwa dia tidak akan mencalonkan diri lagi untuk masa jabatan 2014 dan bersumpah untuk meningkatkan kebebasan pers dan perekonomian. Sehari kemudian, ribuan demonstran turun ke jalan di pusat kota Tunis, meminta Ben Ali segera meletakkan jabatan presidennya. Di hari yang sama, Ben bersama keluarganya mengungsi ke Arab Saudi dan puncak pemerintahan untuk sementara dipegang oleh Perdana Menteri, Mohamed Ghannouchi.

    Pada 26 Januari 2011, pemerintahan sementara Tunisia menjatuhkan hukuman tahanan internasional untuk Ben Ali. Ben Ali, yang merupakan pelopor berdirinya United Nations World Solidarity Fund dan memerankan peran penting dalam keputusan PBB memproklamirkan tahun 2010 sebagai Tahun Pemuda Internasional, didakwa melarikan uang dan aset negara secara ilegal, pencucian uang, dan perdagangan obat-obatan. Pada 20 Juni 2011, Ben Ali dan istrinya yang sekarang tinggal di pengasingan akhirnya diputuskan dihukum penjara selama 35 tahun secara in absentia.

     

    Oleh : Noviana Indah

  • Pendidikan

    • Special Military School of Saint Cyr
    • School of Applied Artillery
    • Senior Intelligence School in Maryland
    • School for Anti-Aircraft Field Artillery in Texas.

  • Karir

    • Perdana Menteri Tunisia (2 Oktober 1987 - 7 November 1987)
    • Presiden Tunisia (7 November 1987 - 14 Januari 2011)

  • Penghargaan

Geser ke atas Berita Selanjutnya