Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Profil

Martin Heidegger

Profil Martin Heidegger | Merdeka.com

Martin Heidegger merupakan salah seorang filosof yang paling penting pada abad 20. pemikirannya mempengaruhi banyak filosof lain, semisal  Hans-Georg Gadamer, Hans Jonas, Emmanuel Levinas, Hannah Arendt, Leo Strauss, Xavier Zubiri dan Karl Löwith. Murid dari pendiri fenomenologi, Edmund Husserl ini lahir pada 26 September 1889 di Messkirch Jerman Barat Daya dari keluarga Katolik. Pada masa kecilnya, Heidegger disiapkan menjadi seorang pendeta. Pada tahun 1903 dia dikirim ke sekolah tinggi di Konstanz dan mendapat beasiswa dari gereja. Tiga tahun kemudian ia pindah ke Freiburg, dimana minatnya pada filsafat tumbuh pertama kali ketika mengenyam pendidikan tinggi di sana. Saat itu ia masih berumur 17 tahun dan membaca buku Frantz Brentano berjudul On the Manifold Meaning of Being according to Aristotle.

Setamatnya dari sekolah tinggi, filosof eksistensialis ini kemudian bekerja di ordo Jesuit, namun hanya bertahan satu bulan sebelum diberhentikan karena alasan kesehatan. Ia memutuskan untuk belajar di Freiburg University untuk mempelajari theology. Selama menjadi mahasiswa, Suami dari  Elfride Petri ini memutuskan untuk beralih dari theology ke filsafat, dan merampungkan tesis doktoralnya di bidang filsafat yang berjudul The Doctrine of Judgement in Psychologism di bawah bimbingan filosof Neo-Kantian, Heinrich Rickert. Dua tahun setelah itu, tepatnya pada 1915 Heidegger berhasrat ingin menduduki kursi pengajar di universitas. Persyaratan yang diminta ialah menulis thesis yang berhasil ia lakukan dengan riset seputar karya yang dianggap milik Dons Scotus, seorang pemikir etika dan keagamaan abad ke 14. 

Sebelum menjadi filosof yang berpengaruh luas, Heidegger adalah seorang penganut fenomenologi yang digagas Husserl. Kekagumannya pada Husserl membawa Heidegger menjadi asistennya selama menjadi pengajar di Universitas Freiburg. Pemikiran-pemikiran yang digagas Husserl kemudian banyak mempengaruhi corak filsafat Heidegger.Heidegger sendiri mendedikasikan magnum opusnya, Being and Time (bahasa Jerman: Sein und Zeit) (1927) kepada Husserl sebagai wujud terima kasih yang dalam. Konstruk pemikiran filosofis Heidegger sendiri berangkat dari fenomenologi Husserl. 

Secara sederhana, kaum fenomenolog menghampiri filsafat dengan berusaha memahami pengalaman tanpa diperantarai oleh pengetahuan sebelumnya dan asumsi-asumsi teori abstrak. Sedangkan bangunan filsafat Heidegger dimulai dengan pertanyaan "Ada" (atau apa artinya 'berada'). Dengan pertanyaan ini berarti pemikir Jerman orisinal ini berusaha mendasarkan Ada sebagai yang imanen (selalu hadir) di dalam waktu dan sejarah, setelah sebelumnya semua perbincangan mengenai Ada selalu dianggap sebagai sesuatu yang nirwaktu dan transenden. 

Karena itulah sosok yang banyak terpengaruh oleh  Friedrich Nietzsche dan Soren Kierkegaard ini kemudian mengkritik  Cogito Ergo Sum (Aku berpikir maka aku ada) Descartes. Menurut Heidegger pernyataan terkenal filosof modern Eropa pertama tersebut terlalu menekankan pada 'Aku' berpikir dan lupa bahwa seharusnya 'aku' ada terlebih dahulu barulah kemudian 'aku' bisa berpikir.

Semasa hidupnya, sosok yang pernah masuk partai NAZI Jerman ini menghasilkan karya-karya yang mempengaruhi pemikiran filsafat abad 20. Heidegger meninggal di Freiburg, Jerman, pada 26 Mei 1976.

 

Riset dan analisa oleh Atiqoh Hasan.

Profil

  • Nama Lengkap

    Martin Heidegger

  • Alias

    Heidegger

  • Agama

    Katolik

  • Tempat Lahir

    Messkirch, Jerman

  • Tanggal Lahir

    1889-09-26

  • Zodiak

    Balance

  • Warga Negara

    Jerman

  • Istri

    Elfride Petri

  • Biografi

    Martin Heidegger merupakan salah seorang filosof yang paling penting pada abad 20. pemikirannya mempengaruhi banyak filosof lain, semisal  Hans-Georg Gadamer, Hans Jonas, Emmanuel Levinas, Hannah Arendt, Leo Strauss, Xavier Zubiri dan Karl Löwith. Murid dari pendiri fenomenologi, Edmund Husserl ini lahir pada 26 September 1889 di Messkirch Jerman Barat Daya dari keluarga Katolik. Pada masa kecilnya, Heidegger disiapkan menjadi seorang pendeta. Pada tahun 1903 dia dikirim ke sekolah tinggi di Konstanz dan mendapat beasiswa dari gereja. Tiga tahun kemudian ia pindah ke Freiburg, dimana minatnya pada filsafat tumbuh pertama kali ketika mengenyam pendidikan tinggi di sana. Saat itu ia masih berumur 17 tahun dan membaca buku Frantz Brentano berjudul On the Manifold Meaning of Being according to Aristotle.

    Setamatnya dari sekolah tinggi, filosof eksistensialis ini kemudian bekerja di ordo Jesuit, namun hanya bertahan satu bulan sebelum diberhentikan karena alasan kesehatan. Ia memutuskan untuk belajar di Freiburg University untuk mempelajari theology. Selama menjadi mahasiswa, Suami dari  Elfride Petri ini memutuskan untuk beralih dari theology ke filsafat, dan merampungkan tesis doktoralnya di bidang filsafat yang berjudul The Doctrine of Judgement in Psychologism di bawah bimbingan filosof Neo-Kantian, Heinrich Rickert. Dua tahun setelah itu, tepatnya pada 1915 Heidegger berhasrat ingin menduduki kursi pengajar di universitas. Persyaratan yang diminta ialah menulis thesis yang berhasil ia lakukan dengan riset seputar karya yang dianggap milik Dons Scotus, seorang pemikir etika dan keagamaan abad ke 14. 

    Sebelum menjadi filosof yang berpengaruh luas, Heidegger adalah seorang penganut fenomenologi yang digagas Husserl. Kekagumannya pada Husserl membawa Heidegger menjadi asistennya selama menjadi pengajar di Universitas Freiburg. Pemikiran-pemikiran yang digagas Husserl kemudian banyak mempengaruhi corak filsafat Heidegger.Heidegger sendiri mendedikasikan magnum opusnya, Being and Time (bahasa Jerman: Sein und Zeit) (1927) kepada Husserl sebagai wujud terima kasih yang dalam. Konstruk pemikiran filosofis Heidegger sendiri berangkat dari fenomenologi Husserl. 

    Secara sederhana, kaum fenomenolog menghampiri filsafat dengan berusaha memahami pengalaman tanpa diperantarai oleh pengetahuan sebelumnya dan asumsi-asumsi teori abstrak. Sedangkan bangunan filsafat Heidegger dimulai dengan pertanyaan "Ada" (atau apa artinya 'berada'). Dengan pertanyaan ini berarti pemikir Jerman orisinal ini berusaha mendasarkan Ada sebagai yang imanen (selalu hadir) di dalam waktu dan sejarah, setelah sebelumnya semua perbincangan mengenai Ada selalu dianggap sebagai sesuatu yang nirwaktu dan transenden. 

    Karena itulah sosok yang banyak terpengaruh oleh  Friedrich Nietzsche dan Soren Kierkegaard ini kemudian mengkritik  Cogito Ergo Sum (Aku berpikir maka aku ada) Descartes. Menurut Heidegger pernyataan terkenal filosof modern Eropa pertama tersebut terlalu menekankan pada 'Aku' berpikir dan lupa bahwa seharusnya 'aku' ada terlebih dahulu barulah kemudian 'aku' bisa berpikir.

    Semasa hidupnya, sosok yang pernah masuk partai NAZI Jerman ini menghasilkan karya-karya yang mempengaruhi pemikiran filsafat abad 20. Heidegger meninggal di Freiburg, Jerman, pada 26 Mei 1976.

     

    Riset dan analisa oleh Atiqoh Hasan.

  • Pendidikan

    • Universitas Freiburg, Jerman
    • Sekolah Tinggi di Konstanz
    • Jesuis Seminari

  • Karir

    • Rektor Universitas Freiburg (1933)
    • Tentara Nazi pada perang dunia 2
    • Asisten Senior Edmund Husserl di Universitas Freiburg (1919-1923)
    • Privatdozent di Universitas Freiburg (1918)

  • Penghargaan

    Buku:Kant and the Problem of Metaphysics, Being and Time, Introduction to Metaphsiscs, Contributions to Philosophy (From Enowning), Off the beaten Track, The Principle of reason, Identity and Difference, Discourse on Thinking

Geser ke atas Berita Selanjutnya