Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Profil

Perves Musharraf

Profil Perves Musharraf, Berita Terbaru Terkini | Merdeka.com

Pervez Musharraf, adalah mantan presiden, perdana menteri, dan kepala staf militer Pakistan. Musharraf merupakan presiden Pakistan ke 10. Karir Musharraf beranjak dari pemimpin militer menjadi presiden Pakistan setelah kudeta tak berdarah tahun 1998 yang berhasil menggulingkan presiden Nawaz Sharif. 

Dilahirkan dari keluarga berpendidikan di Old Delhi (India), Musharraf dibawa orang tuanya menetap di Karachi setelah pembagian wilayah anak benua India menjadi 2, India dan Pakistan. Ayahnya yang bekerja di Departemen Luar Negeri Pakistan memiliki karier gemilang. Syed Musharraf ud-Din sempat tinggal beberapa tahun di Turki sebagai seorang diplomat. Pria kelahiran 11 Agustus 1943 ini, belajar di SMU Saint Patrick, Karachi dan lulus tahun 1958. Pendidikannya kemudian dilanjutkan ke Forman Christian College di Lahore. Tahun 1961, ia masuk Akademi Militer Pakistan di Kalkul dan berprestasi di Royal College of Defence Studies (Britania Raya). Awalnya, dia memimpin brigade artileri dan infanteri sebelum kemudian dipercaya mengomandoi berbagai unit komando. Perdana menteri Pakistan saat itu, Benazir Bhuto mengangkatnya sebagai direktur jenderal operasi militer. Jenderal Musharraf naik ke jabatan tertinggi pada tahun 1998, ketika kepala militer Pakistan, Jenderal Jehangir Karamat, mengundurkan diri selang dua haru setelah menyerukan agar para tentara diberi peran kunci dalam proses pengambilan keputusan negara. Itu adalah pertama kalinya Kepala Staf Angkatan Darat  mengundurkan diri. Banyak pengamat menganggap hal tersebut sebagai tanda bahwa kekuasaan politik Perdana Menteri Nawaz Sharif sudah cukup kuat untuk mengamankan periode jangka panjang dari administrasi sipil.

Ketika Pakistan nyaris berperang dengan India dalam masalah Kashmir, Jenderal Musharraf dan beberapa Jenderal senior lainnya marah pada upaya diplomatik yang ditempuh Perdana Menteri. Manuver politik sang Perdana Menteri tersebut kemudian menimbulkan spekulasi bahwa militer tidak memiliki dukungan politik penuh dari pemerintah yang akhirnya memerintahkan penarikan penuh pasukan dari wilayah yang dikuasai India di Kargil. Pada Oktober 1999 Perdana Menteri Sharif berusaha memecat Jenderal Musharraf, namun upaya itu gagal, dan akhirnya Musharraf berhasil merebut kekuasaan dengan menjanjikan akan membawa demokrasi 'yang sesungguhnya' di Pakistan.

Setelah memegang tampuk kekuasaan, suami dari Begum Sehba ini mendapat banyak protes yang mempertanyakan niatnya berkuasa di Pakistan, namun ia selalu mengelak dan menyebut dirinya akan melembagakan demokrasi di negara. Mahkamah Agung Pakistan meminta Musharraf untuk mengadakan pemilihan nasional pada 12 oktober 2002. Untuk memastikan kontrol kekuasaan berkelanjutan, Musharraf mengadakan referendum pada tanggal 30 April 2002 untuk memperpanjang masa jabatan lima tahun setelah pemilu Oktober.  Pada pemilu itu sendiri para pejabat melaporkan banyak penyimpangan dalam pemilu yang diklaim oleh kubu Musharraf mereka menangi dengan suara dukungan 80 persen. Partai oposisi dan koalisi menentang Musharraf, sehingga menyebabkan dibekukannya parlemen selama satu tahun.

pada November 2003, Musharraf setuju untuk menggelar pemilihan parlemen dan menyerahkan beberapa pos kekuasaan kepada parlemen yang baru terbentuk. Satu bulan berikutnya, ayah dua orang anak tersebut setuju untuk meninggalkan jabatannya sebagai kepala Angkatan Darat. Namun pada 2004 ia mengubah keputusannya dan beralasan bahwa negara dalam keadaan darurat sehingga mengharuskannya untuk memegang kedua posisi kunci negara, Kepala Pemerintahan dan Pimpinan Militer. Akibat kebijakannya yang nampak pro Barat, Musharraf banyak mendapat tentangan di dalam negeri. Ekstrimis militan terus mengkritik kebijakan moderat yang diperagakan Musharraf.

Musharraf terpilih kembali pada pemilu Oktober 2007, namun ditentang sejumlah hakim karena ia masih memegang jabatan ganda sebagai kepala militer dan kepala negara. Dengan alasan darurat, Musharraf menangkap sejumlah hakim, membekukan konstitusi, mematikan seluruh saluran media. Tekanan terhadap Musharraf terus meningkat dan pada tanggal 18 Agustus 2008, koalisi penentang Musharraf berhasil membuat Musharraf mengundurkan diri di tengah ancaman pemakzulan dari pemerintah koalisi pimpinan Asif Ali Zardari, suami mendiang mantan Perdana Menteri Benazir Bhutto.

 

Riset dan analisa oleh Atiqoh Hasan.

Profil

  • Nama Lengkap

    Perves Musharraf

  • Alias

    Cowboy

  • Agama

    Islam

  • Tempat Lahir

    Old Delhi, India

  • Tanggal Lahir

    1943-08-11

  • Zodiak

    Leo

  • Warga Negara

    Pakistan

  • Istri

    Begum Sehba

  • Anak

    Ayla dan Bilal

  • Biografi

    Pervez Musharraf, adalah mantan presiden, perdana menteri, dan kepala staf militer Pakistan. Musharraf merupakan presiden Pakistan ke 10. Karir Musharraf beranjak dari pemimpin militer menjadi presiden Pakistan setelah kudeta tak berdarah tahun 1998 yang berhasil menggulingkan presiden Nawaz Sharif. 

    Dilahirkan dari keluarga berpendidikan di Old Delhi (India), Musharraf dibawa orang tuanya menetap di Karachi setelah pembagian wilayah anak benua India menjadi 2, India dan Pakistan. Ayahnya yang bekerja di Departemen Luar Negeri Pakistan memiliki karier gemilang. Syed Musharraf ud-Din sempat tinggal beberapa tahun di Turki sebagai seorang diplomat. Pria kelahiran 11 Agustus 1943 ini, belajar di SMU Saint Patrick, Karachi dan lulus tahun 1958. Pendidikannya kemudian dilanjutkan ke Forman Christian College di Lahore. Tahun 1961, ia masuk Akademi Militer Pakistan di Kalkul dan berprestasi di Royal College of Defence Studies (Britania Raya). Awalnya, dia memimpin brigade artileri dan infanteri sebelum kemudian dipercaya mengomandoi berbagai unit komando. Perdana menteri Pakistan saat itu, Benazir Bhuto mengangkatnya sebagai direktur jenderal operasi militer. Jenderal Musharraf naik ke jabatan tertinggi pada tahun 1998, ketika kepala militer Pakistan, Jenderal Jehangir Karamat, mengundurkan diri selang dua haru setelah menyerukan agar para tentara diberi peran kunci dalam proses pengambilan keputusan negara. Itu adalah pertama kalinya Kepala Staf Angkatan Darat  mengundurkan diri. Banyak pengamat menganggap hal tersebut sebagai tanda bahwa kekuasaan politik Perdana Menteri Nawaz Sharif sudah cukup kuat untuk mengamankan periode jangka panjang dari administrasi sipil.

    Ketika Pakistan nyaris berperang dengan India dalam masalah Kashmir, Jenderal Musharraf dan beberapa Jenderal senior lainnya marah pada upaya diplomatik yang ditempuh Perdana Menteri. Manuver politik sang Perdana Menteri tersebut kemudian menimbulkan spekulasi bahwa militer tidak memiliki dukungan politik penuh dari pemerintah yang akhirnya memerintahkan penarikan penuh pasukan dari wilayah yang dikuasai India di Kargil. Pada Oktober 1999 Perdana Menteri Sharif berusaha memecat Jenderal Musharraf, namun upaya itu gagal, dan akhirnya Musharraf berhasil merebut kekuasaan dengan menjanjikan akan membawa demokrasi 'yang sesungguhnya' di Pakistan.

    Setelah memegang tampuk kekuasaan, suami dari Begum Sehba ini mendapat banyak protes yang mempertanyakan niatnya berkuasa di Pakistan, namun ia selalu mengelak dan menyebut dirinya akan melembagakan demokrasi di negara. Mahkamah Agung Pakistan meminta Musharraf untuk mengadakan pemilihan nasional pada 12 oktober 2002. Untuk memastikan kontrol kekuasaan berkelanjutan, Musharraf mengadakan referendum pada tanggal 30 April 2002 untuk memperpanjang masa jabatan lima tahun setelah pemilu Oktober.  Pada pemilu itu sendiri para pejabat melaporkan banyak penyimpangan dalam pemilu yang diklaim oleh kubu Musharraf mereka menangi dengan suara dukungan 80 persen. Partai oposisi dan koalisi menentang Musharraf, sehingga menyebabkan dibekukannya parlemen selama satu tahun.

    pada November 2003, Musharraf setuju untuk menggelar pemilihan parlemen dan menyerahkan beberapa pos kekuasaan kepada parlemen yang baru terbentuk. Satu bulan berikutnya, ayah dua orang anak tersebut setuju untuk meninggalkan jabatannya sebagai kepala Angkatan Darat. Namun pada 2004 ia mengubah keputusannya dan beralasan bahwa negara dalam keadaan darurat sehingga mengharuskannya untuk memegang kedua posisi kunci negara, Kepala Pemerintahan dan Pimpinan Militer. Akibat kebijakannya yang nampak pro Barat, Musharraf banyak mendapat tentangan di dalam negeri. Ekstrimis militan terus mengkritik kebijakan moderat yang diperagakan Musharraf.

    Musharraf terpilih kembali pada pemilu Oktober 2007, namun ditentang sejumlah hakim karena ia masih memegang jabatan ganda sebagai kepala militer dan kepala negara. Dengan alasan darurat, Musharraf menangkap sejumlah hakim, membekukan konstitusi, mematikan seluruh saluran media. Tekanan terhadap Musharraf terus meningkat dan pada tanggal 18 Agustus 2008, koalisi penentang Musharraf berhasil membuat Musharraf mengundurkan diri di tengah ancaman pemakzulan dari pemerintah koalisi pimpinan Asif Ali Zardari, suami mendiang mantan Perdana Menteri Benazir Bhutto.

     

    Riset dan analisa oleh Atiqoh Hasan.

  • Pendidikan

    • Forman Christian College
    • Pakistan Military Academy
    • Command and Staff College
    • National Defence University
    • Royal College of Defence Studies

  • Karir

    • Bergabung dengan Akademi Militer Pakistan di Kakul (1961)
    • Masuk tentara Pakistan (1964)
    • Bergabung dengan Special Service Group (SSG) (1966-1972)
    • Dipromosikan menjadi letnan kolonel (1974) dan kolonel (1978) 
    • Dipromosikan sebagai mayor jenderal (1991), dan sebagai letnan jenderal (1995)
    • Kepala Staf Angkatan Darat (1999)
    • Menteri Pertahanan (1999-2002)
    • Perdana Menteri Pakistan (1999-2002)
    • Presiden Pakistan (2001-2008)

  • Penghargaan

    • Nishan-e-Imtiaz
    • Imtiazi Sanad

Geser ke atas Berita Selanjutnya