Profil
Robert William Fogel
Robert Fogel merupakan Ekonom sekaligus peraih nobel yang berhasil menggabungkan teori ekonomi dan sejarah. Ia lahir di New York City, 1 Juli 1926 dengan keterbatasan finansial. Meskipun begitu, kedua orang tuanya selalu menciptakan kehidupan di rumah tangga yang menarik dan menyenangkan serta selalu mendorong anak-anaknya untuk optimis dengan masa depan.
Berangkat dari dukungan dan semangat yang ditumbuhkan orang tuanya tentang masa depan, Fogel -begitu ia kerap disapa- berhasil menyelesaikan studi di bidang sejarah dan mikro ekonomi Cornell University. Di sana, ia menggunakan metode kuantitatif untuk menjawab pertanyaan yang melibatkan peristiwa bersejarah terhadap suatu masyarakat. Prestasinya yang mengagumkan mengantarkan Fogel menjadi presiden kampus American Youth for Democracy, sebuah organisasi komunis.
Sebuah penolakan akan organisasi yang dipimpin membuat Fogel lebih memilih mundur dan melanjutkan pendidikan formalnya di Columbia University. Di sana, ia belajar mendalami bidang ekonomi dengan George Stigler dan sejarah dengan Carter Goodrich. Ia berpendapat bahwa sejarah merupakan dasar dari pengetahuan ekonomi serta teknologi yang berkembang saat ini. Analisisnya mengacu pada pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap sistem perkeretaapian yang ada pada abad ke-19. Ia menyimpulkan bahwa diperlukan metode analitik dan statistik untuk menjawab korelasi yang terjadi antara sejarah dan ekonomi.
Selepasnya meraih gelar M.A, suami dari Enid Cassandra ini melanjutkan studinya di Universitas John Hopkins dengan Simon Kuznets pada tahun 1963. Sebelumnya, ia juga mengajar sebagai dosen di John Hopkins pada tahun 1958-1959. Di bawah pengajaran Kuznets, Fogel mengakui bahwa kepiawaian Kuznets tak hanya dalam bidang ekonomi, namun juga dalam bidang sejarah, demografi, statistik, dan ilmu-ilmu alam. Berkat "kursusnya" dengan peraih nobel bidang ekonomi tahun 1971 ini, Fogel mengakui bahwa materi yang ia dapatkan sangat berharga, terlebih lagi Kuznets tak hanya mengajarinya mengenai substansi materi tetapi juga bagaimana cara menggunakan materi dalam aplikasi keseharian.
Pada tahun 1974, Fogel mengeluarkan buku yang kontroversial bersama rekannya, Stanley Engerman, Time on the Cross. Buku ini mengisahkan sistem perbudakan yang mana dinilai menguntungkan bagi pemilik budak yang memaksimalkan kinerja budak demi keuntungan mereka. Dalam bukunya dikisahkan ada sekelompok budak antara daerah Selatan dan Utara dimana budak daerah Selatan dianggap lebih produktif dibanding Utara sebagai budak peternakan. Hal ini dikaitkan dengan pekerjaan budak daerah Selatan yakni sebagai buruh tani. Meskipun demikian, baginya, seluruh sistem perbudakan hanyalah akan menguntungkan pemilik budak. Tak hanya itu, menurutnya sistem perbudakan ini dianggap oleh pemilik budak merupakan industri yang menghasilkan banyak uang.
Berkat korelasi yang berhasil ia bentuk antara ekonomi dan sejarah seta karena telah memperbarui penelitian sejarah ekonomi dengan menerapkan teori ekonomi dan metode kuantitatif yang menjelaskan perubahan dan intuisi, pada tahun 1993 bersama dengan Douglass Cecil, Fogel mendapatkan penghargaan nobel di bidang ekonomi.
Sebelumnya, selama perjalanan karirnya, Fogel sempat mengajar di University of Rochester (1960–1965 dan 1968–1975), the University of Chicago (1964–1975 dan 1981-), the University of Cambridge, 1975 dan Harvard University (1975–1981).
Saat ini, Fogel merupakan direktur utama Center of Population Economics (CPE) di Universitas Chicago.
Oleh: Atiqoh Hasan