Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Profil

Nanu Munajar Dahlan

Profil Nanu Munajar Dahlan, Berita Terbaru Terkini | Merdeka.com

Nanu Munajar Dahlan yang lahir di Subang pada 6 Desember 1960 adalah seorang koreografer sekaligus penari tarian tradisional. Nanu Munajar Dahlan pertama kali tertarik dengan seni tari-tarian ketika dia melihat bahwa zaman yang modern ini semakin menggerus keberadaan tarian tradisional.

Berbekal tekad yang kuat, Nanu memutuskan pergi ke Indramayu, Jawa Barat, untuk belajar tari Topeng Cikedung dan tari Topeng Losari. Di sana, dia menemukan kenyataan bahwa kedua tarian itu nyaris punah karena mulai kehilangan peminat dan penikmatnya. Melihat hal ini, Nanu berkeinginan kuat untuk mengembalikan kejayaan Topeng Cikedung dan Losari yang pernah menjadi tontonan masyarakat tahun 1970-an.

Dia mulai memutar otak mencari cara pendekatan agar masyarakat mau menari lagi. Ide besar ternyata Nanu temukan di masjid kecil yang dia tumpangi setiap malam. Saat itu, dia mendengar seorang bapak melakukan wirid dengan senandung.

Setelah kejadian itu, Nanu menjadikan faktor nyanyian yang lembut dan merdu itu menjadi pendekatan utama. Nanu mengadaptasi gerakan Panji dari Topeng Cikedung dan Losari. Hasilnya adalah tari baru yang ia namakan Sadrah atau ikhlas, yang bercerita tentang pasrah dan keikhlasan manusia dalam menghadapi cobaan hidup.

Sepulang dari Indramayu, Nanu mulai mempelajari tarian secara formal dengan menjadi pelajar di Konservatori Karawitan Bandung tahun 1977-1982, yang kini dikenal sebagai Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 10 Bandung. Kemampuannya semakin terasah saat dia masuk ke Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) pada tahun 1982, yang kini menjadi STSI Bandung.

Di ASTI, keinginannya ingin menjadi penari profesional semakin tinggi. Berkat latihan keras, kemampuan teknik dan mentalnya pun semakin tajam. Ia kerap diajak oleh seniman besar, salah satunya pencipta tari jaipong Gugum Gumbira, sebagai seorang penata tari. Pada tahun 1986, Nanu mendapatkan gelar pertamanya dari ASTI.

Nanu kemudian melanjutkan pendidikan S-2 Ilmu Humaniora di Program Studi Pengkajian Seni Pertunjukan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (1998-2004). Seusai menimba ilmu di Universitas Gadjah Mada, Nanu berkesempatan menjadi dosen seni tari STSI.

Pada 20-21 November 2010, Nanu menggelar Cihideung Festival dan mengajak masyarakat Desa Cihideung, Kecamatan Parangpong, Bandung Barat untuk turut serta meramaikan festival ini. Untuk menarik minat masyarakat, Nanu tidak hanya menampilkan kesenian dan upacara tradisional yang kerap dibawakan masyarakat. Tapi juga membalut penampilan beragam kesenian itu menyesuaikan dengan mata pencarian masyarakat sebagai petani bunga potong atau penjual tanaman hias. Nanu juga menyelenggarakan lomba desain kios bunga dan tanaman hias.

Dalam kesehariannya, Nanu berkiprah sebagai Penasihat Komunitas Peduli Jaipongan Jawa Barat, Kurator Balai Pengelola Taman Budaya Jawa Barat, Ketua Asosiasi Tari Bandung, Penasihat Pedepokan Kalang Kamuning Bandung Barat, dan Penasihat Sanggar Fitria Cimahi. Ke depannya, Nanu berharap semakin banyak pihak terlibat langsung menggali potensi masyarakat yang hampir punah atau bahkan sama sekali belum terangkat. Pemerintah diharapkan memberikan dorongan semangat dan dana untuk mendukung beragam kegiatan positif warganya.

Riset dan Analisa: Fathimatuz Zahroh

Profil

  • Nama Lengkap

    Nanu Munajar Dahlan Subang, Jawa Barat

  • Alias

    Nanu

  • Agama

    Islam

  • Tempat Lahir

    Subang, Jawa Barat

  • Tanggal Lahir

    1960-12-06

  • Zodiak

    Sagittarius

  • Warga Negara

    Indonesia

  • Biografi

    Nanu Munajar Dahlan yang lahir di Subang pada 6 Desember 1960 adalah seorang koreografer sekaligus penari tarian tradisional. Nanu Munajar Dahlan pertama kali tertarik dengan seni tari-tarian ketika dia melihat bahwa zaman yang modern ini semakin menggerus keberadaan tarian tradisional.

    Berbekal tekad yang kuat, Nanu memutuskan pergi ke Indramayu, Jawa Barat, untuk belajar tari Topeng Cikedung dan tari Topeng Losari. Di sana, dia menemukan kenyataan bahwa kedua tarian itu nyaris punah karena mulai kehilangan peminat dan penikmatnya. Melihat hal ini, Nanu berkeinginan kuat untuk mengembalikan kejayaan Topeng Cikedung dan Losari yang pernah menjadi tontonan masyarakat tahun 1970-an.

    Dia mulai memutar otak mencari cara pendekatan agar masyarakat mau menari lagi. Ide besar ternyata Nanu temukan di masjid kecil yang dia tumpangi setiap malam. Saat itu, dia mendengar seorang bapak melakukan wirid dengan senandung.

    Setelah kejadian itu, Nanu menjadikan faktor nyanyian yang lembut dan merdu itu menjadi pendekatan utama. Nanu mengadaptasi gerakan Panji dari Topeng Cikedung dan Losari. Hasilnya adalah tari baru yang ia namakan Sadrah atau ikhlas, yang bercerita tentang pasrah dan keikhlasan manusia dalam menghadapi cobaan hidup.

    Sepulang dari Indramayu, Nanu mulai mempelajari tarian secara formal dengan menjadi pelajar di Konservatori Karawitan Bandung tahun 1977-1982, yang kini dikenal sebagai Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 10 Bandung. Kemampuannya semakin terasah saat dia masuk ke Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) pada tahun 1982, yang kini menjadi STSI Bandung.

    Di ASTI, keinginannya ingin menjadi penari profesional semakin tinggi. Berkat latihan keras, kemampuan teknik dan mentalnya pun semakin tajam. Ia kerap diajak oleh seniman besar, salah satunya pencipta tari jaipong Gugum Gumbira, sebagai seorang penata tari. Pada tahun 1986, Nanu mendapatkan gelar pertamanya dari ASTI.

    Nanu kemudian melanjutkan pendidikan S-2 Ilmu Humaniora di Program Studi Pengkajian Seni Pertunjukan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (1998-2004). Seusai menimba ilmu di Universitas Gadjah Mada, Nanu berkesempatan menjadi dosen seni tari STSI.

    Pada 20-21 November 2010, Nanu menggelar Cihideung Festival dan mengajak masyarakat Desa Cihideung, Kecamatan Parangpong, Bandung Barat untuk turut serta meramaikan festival ini. Untuk menarik minat masyarakat, Nanu tidak hanya menampilkan kesenian dan upacara tradisional yang kerap dibawakan masyarakat. Tapi juga membalut penampilan beragam kesenian itu menyesuaikan dengan mata pencarian masyarakat sebagai petani bunga potong atau penjual tanaman hias. Nanu juga menyelenggarakan lomba desain kios bunga dan tanaman hias.

    Dalam kesehariannya, Nanu berkiprah sebagai Penasihat Komunitas Peduli Jaipongan Jawa Barat, Kurator Balai Pengelola Taman Budaya Jawa Barat, Ketua Asosiasi Tari Bandung, Penasihat Pedepokan Kalang Kamuning Bandung Barat, dan Penasihat Sanggar Fitria Cimahi. Ke depannya, Nanu berharap semakin banyak pihak terlibat langsung menggali potensi masyarakat yang hampir punah atau bahkan sama sekali belum terangkat. Pemerintah diharapkan memberikan dorongan semangat dan dana untuk mendukung beragam kegiatan positif warganya.

    Riset dan Analisa: Fathimatuz Zahroh

  • Pendidikan

    • SMA di Konservatori Karawitan Bandung (1977-1982) yang kini dikenal dengan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 10 Bandung
    • Strata 1 di Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) pada tahun 1982, yang kini menjadi STSI Bandung
    • Srata 2 jurusan Ilmu Humaniora di Program Studi Pengkajian Seni Pertunjukan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (1998-2004

  • Karir


    • Pengajar Jurusan Seni Tari Sekolah Tinggi Seni Indonesia, Bandung

  • Penghargaan

    • Juara pada Festival Parade Tari Nusantara di Jakarta (1990)
    • Penata Tari Terbaik Festival Kesenian Nasional (1995)

Geser ke atas Berita Selanjutnya