Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Profil

Sabar Subadri

Profil Sabar Subadri | Merdeka.com

Sabar Subadri boleh saja memiliki kondisi yang berbeda dibanding manusia umumnya. Walaupun terlahir dengan dengan tubuh tak sempurna, tanpa ada dua lengan namun keterbatasan itu tak membuat Sabar merasa menjadi orang yang berbeda dengan orang normal. Justru hal yang membuatnya berbeda menjadi semangat dan pencapaiannya, yang akhirnya berhasil membawa Sabar melampaui pencapaian orang normal pada umumnya.

Anak bungsu dari tiga bersaudara dibesarkan di lingkungan keluarga dengan ekonomi pas-pasan. Ayahnya yang bernama Subadri bekerja sebagai penjaga sekolah di SMPN 3 Salatiga sedangkan ibunya berjualan di kantin sekolah. Sejak usia tiga tahun, Sabar telah memperlihatkan bakat menggambarnya. Sepulang sekolah, dia senang sekali mencorat-coret lantai menggunakan kapur yang dia peroleh dari sekolah. Ayah Sabar yang melihat bakat anaknya ini mulai mendorongnya untuk mengikuti berbagai lomba. Meskipun dalam lomba, Sabar tak berhasil menjadi juara, keluarga tetap terus mendukung Sabar untuk melukis. Sabar terus tekun belajar melukis dengan cara memperhatikan melalui tayangan televisi dan buku hingga akhirnya dia berhasil memenangi sejumlah lomba menggambar.

Pada tahun 1989, sepucuk surat yang diterimanya dari AMFPA menjadi titik balik hidupnya. Dalam surat itu diberitakan bahwa Sabar terpilih menjadi anggota Association of Mouth and Foot Painting Artists (AMFPA). Di Indonesia sendiri hanya ada sembilan anggota AMFPA dimana Sabar menjadi salah satunya. Asosiasi yang menaungi pelukis yang berkarya menggunakan mulut atau kaki itu memberi dia beasiswa sebesar Rp 100.000 setiap tiga bulan, kemudian mengajak Sabar bergabung setahun berikutnya. Beasiswa itu cukup untuk membeli peralatan dan membayar guru melukis.
Kini, sudah ratusan karya lukis yang telah dihasilkan Sabar, puluhan di antaranya dicetak menjadi kartu ucapan ataupun kalender. Sebagian karya dia juga dipamerkan pada beberapa kesempatan di sejumlah negara Eropa. Sabar banyak menghasilkan lukisan naturalis, sebagian besar tentang alam dan manusia. Ide lukisan kadang dia dapatkan dari buku, interaksi langsung dengan alam, atau hasil berselancar di dunia maya. Gambaran pohon dalam lukisan Longing for My Wood misalnya, merupakan paduan antara pohon beringin yang ditemuinya di salah satu sudut Kota Salatiga dan gambar pohon yang diunduhnya dari dunia maya.

Riset dan Analisa: Fathimatuz Zahroh

Profil

  • Nama Lengkap

    Sabar Subadri

  • Alias

    No Alias

  • Agama

  • Tempat Lahir

    Salatiga, Jawa Tengah

  • Tanggal Lahir

    1979-01-04

  • Zodiak

    Capricorn

  • Warga Negara

    Indonesia

  • Ayah

    Subadri

  • Ibu

    Wiwit Rahayu

  • Saudara

    Siti Romlah

  • Biografi

    Sabar Subadri boleh saja memiliki kondisi yang berbeda dibanding manusia umumnya. Walaupun terlahir dengan dengan tubuh tak sempurna, tanpa ada dua lengan namun keterbatasan itu tak membuat Sabar merasa menjadi orang yang berbeda dengan orang normal. Justru hal yang membuatnya berbeda menjadi semangat dan pencapaiannya, yang akhirnya berhasil membawa Sabar melampaui pencapaian orang normal pada umumnya.

    Anak bungsu dari tiga bersaudara dibesarkan di lingkungan keluarga dengan ekonomi pas-pasan. Ayahnya yang bernama Subadri bekerja sebagai penjaga sekolah di SMPN 3 Salatiga sedangkan ibunya berjualan di kantin sekolah. Sejak usia tiga tahun, Sabar telah memperlihatkan bakat menggambarnya. Sepulang sekolah, dia senang sekali mencorat-coret lantai menggunakan kapur yang dia peroleh dari sekolah. Ayah Sabar yang melihat bakat anaknya ini mulai mendorongnya untuk mengikuti berbagai lomba. Meskipun dalam lomba, Sabar tak berhasil menjadi juara, keluarga tetap terus mendukung Sabar untuk melukis. Sabar terus tekun belajar melukis dengan cara memperhatikan melalui tayangan televisi dan buku hingga akhirnya dia berhasil memenangi sejumlah lomba menggambar.

    Pada tahun 1989, sepucuk surat yang diterimanya dari AMFPA menjadi titik balik hidupnya. Dalam surat itu diberitakan bahwa Sabar terpilih menjadi anggota Association of Mouth and Foot Painting Artists (AMFPA). Di Indonesia sendiri hanya ada sembilan anggota AMFPA dimana Sabar menjadi salah satunya. Asosiasi yang menaungi pelukis yang berkarya menggunakan mulut atau kaki itu memberi dia beasiswa sebesar Rp 100.000 setiap tiga bulan, kemudian mengajak Sabar bergabung setahun berikutnya. Beasiswa itu cukup untuk membeli peralatan dan membayar guru melukis.
    Kini, sudah ratusan karya lukis yang telah dihasilkan Sabar, puluhan di antaranya dicetak menjadi kartu ucapan ataupun kalender. Sebagian karya dia juga dipamerkan pada beberapa kesempatan di sejumlah negara Eropa. Sabar banyak menghasilkan lukisan naturalis, sebagian besar tentang alam dan manusia. Ide lukisan kadang dia dapatkan dari buku, interaksi langsung dengan alam, atau hasil berselancar di dunia maya. Gambaran pohon dalam lukisan Longing for My Wood misalnya, merupakan paduan antara pohon beringin yang ditemuinya di salah satu sudut Kota Salatiga dan gambar pohon yang diunduhnya dari dunia maya.

    Riset dan Analisa: Fathimatuz Zahroh

  • Pendidikan

    • SDN 2 Kalicacing
    • SMPN 3 Salatiga
    • SMAN 3 Salatiga
    • Sastra Inggris STIBA Satya Wacana

  • Karir

  • Penghargaan

Geser ke atas Berita Selanjutnya