Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Profil

Alan John Percival Taylor

Profil Alan John Percival Taylor | Merdeka.com

Jika ada kamus yang membuat padanan kata dengan orang, nama Alan John Percival Taylor pasti tertera dalam deretan nama untuk mendefinisikan kata 'kontroversial'. Liberalis ulung yang dikenal berpandangan anti-borjuis, anti-German dan anti-kristen ini menggapai sukses baik di dunia akademik maupun non-akademik.

Adalah Taylor yang mempopulerkan sejarah melalui televisi, radio dan berbagai tulisannya. 'Taylorisme' menjaadi bukti cap sukses Taylor yang mampu menyajikan diskursus sejarah paling rumit sekalipun dalam bahasa yang mudah dipahami orang kebanyakan. Sedemikian populer pria kelahiran Birkdale, Lancashire, Inggris pada 25 Maret 1906 ini, sampai-sampai Taylor harus memulai kuliah di Oxford pada pukul 20.30 supaya ruangan tidak menjadi terlalu sesak dipadati pengunjung.

Mewarisi pandangan sayap kiri kedua orang tuanya (juga sebagai pernyataan protes orang tuanya atas Perang Dunia I), Taylor memperoleh pendidikan dasar dan menengah di berbagai sekolah Quaker, termasuk Bootham School, York. Pada masa-masa ini, Taylor mengembangkan ketertarikan yang kuat kepada arkeologi dan membawanya berkenalan dengan sejarah hingga mengantarnya menekuni bidang Sejarah Modern di Oriel College, Oxford (1920). Uniknya, Taylor justru menjatuhkan minat akademiknya pada 'bayi sejarah' (arsip dan peristiwa diplomatik di Austria, Perancis dan Inggris abad ke-19) yang dianggap terlalu kini oleh kebanyakan pakar sejarah masa itu. 

Pribadi unik Taylor juga terlihat dari besarnya antusiasme antara menjamu tamu dalam berbagai pesta mewah yang diadakannya sendiri dan dukungan Taylor pada aksi pemogokan massal (General Strike) di Inggris (1926).

Sepertinya, belum ada orang seunik Taylor yang menolak anugrah gelar Ph.D dari Manchester University melulu karena enggan dipanggil 'Doctor' (silap kata terjadi karena Bahasa Inggris tidak membedakan pengucapan 'dokter [kesehatan]' dan 'doktor [akademik]' - pen.)

Namun, keunikan pribadi Taylor diimbangi dengan kecerdasan dan sikap kritisnya baik terhadap masalah akademik, khususnya sejarah modern, maupun non-akademik. Tangan dingin Taylor telah membuahkan lusinan buku, ratusan artikel dan berbagai ulasan buku. Taylor sempat menjadi pengulas (reviewer) buku di surat kabar Manchester Guardian (1931), kolumnis di harian Observer (1957) dan di harian Daily Express (1964). 

Artikel pertamanya di harian Daily Express, "Why Must We Soft-soap the Germans?", mengeluhkan sebagian besar masyarakat Jerman yang masih 'berjiwa Nazi' dan mengkritik Masyarakat Ekonomi Eropa sebagai rekayasa Jerman untuk mencapai target yang gagal diraih melalui senjata pada Perang Dunia I dan II; hanya kali ini, mereka melakukannya dengan 'senjata' baru, perdagangan. 

Meski masih diperdebatkan, banyak pihak menyebut Taylor sebagai penemu istilah 'the Establishment (Kaum Mapan - pen.)' yang merujuk pada kalangan elit di Inggris. Taylor sendiri berkomentar bahwa 'Kaum ini merekrut kader dari luar setelah mereka siap menerima standar kemapanan dan menjadi terhormat. Sungguh, tiada yang lebih berterima dalam kehidupan selain berdamai dengan Kaum Mapan ini - dan karenanya, tiada yang lebih korup'. 

Taylor juga aktif menyatakan sikap terhadap berbagai isu mendasar yang terjadi pada masa itu. Dia memilih menjadi oposisi bagi Kerajaan Inggris, menentang keterlibatan pemerintahan Inggris dalam MEE serta NATO, dan menuntut pengunduran diri Inggris dari Irlandia Utara. Pria berselera humor tajam dan sering tampil dengan dasi kupu-kupu khas ini juga aktif membangun reputasinya di media (khususnya televisi dan radio) sebagai seorang kontroversialis yang selalu siap mengutarakan opini dan argumen, seprovokatif apapun itu. 

Tercatat dalam salah satu debat televisi (1961), Hugh Trevor-Roper, sejarawan sayap kanan yang juga 'saingan berat' Taylor, melancarkan tuduhan bahwa buku Taylor, 'The Origins of the Second World War', bisa jadi telah merusak reputasi Taylor sebagai sejarawan. Menyadari beratnya tuduhan tersebut, pria pengagum Lenin ini malah menjawab ringan, 'Justru kritik anda pada saya yang bakal merusak reputasi anda sebagai sejarawan - itupun kalau anda punya'. Pada kesempatan lain (1970), juga dalam salah satu kuliah layar kaca tentang Mussolini, Taylor menyebut sang Diktator telah berhasil 'menuntaskan pekerjaannya - tanpa melakukan apapun'. Ketika ditanya mengenai masa depan, Taylor - yang sangat menyadari keringkihan sejarah atas kesalahan - menjawab cerdas, 'Anda tidak seharusnya meminta pakar sejarah untuk meramalkan masa depan - terus terang, kami sudah cukup kesulitan untuk meramalkan masa lalu'. 

Taylor sempat mengalami kecelakaan mobil cukup parah pada 1984. Ditambah serangan stroke dan penyakit Parkinson, Taylor menyatakan pensiun pada 1985 dan tutup usia pada 1990. 

Daftar Buku:
'The Italian Problem in European Diplomacy, 1847–49', 1934.

'The Struggle for Mastery in Europe 1848–1918', 1954.

'Biography of Bismarck', 1955.

'The Origins of the Second World War', 1961.

'Pendahuluan' untuk The Reichstag Fire oleh Fritz Tobias, 1964.

'English History 1914–1945', 1965.

'War by Timetable', 1969.

'Biography of Lord Beaverbrook', 1972.

'Pendahuluan' lainnya seperti 'Ten Days that Shook the World', oleh John Reed, 'The Communist Manifesto' oleh Karl marx dan Friedriech Engels, dan 'Fighter: The True Story of the Battle of Britain' oleh Len Deighton.

 

Publikasi lain:
Ulasan buku dan artikel jurnalisme untuk berbagai media seperti Manchester Guardian, Observer, Sunday Pictorial (kemudian menjadi Sunday Mirror), Daily Herald, Sunday Express.

Berbagai kuliah televisi dan wawancara radio termasuk dengan BBC dan sebagai panelis dari stasiun ITV.

Riset dan analisis: Mochamad Nasrul Chotib

Profil

  • Nama Lengkap

    Alan John Percival Taylor

  • Alias

    AJP Taylor

  • Agama

  • Tempat Lahir

    Birkdale , Lancashire

  • Tanggal Lahir

    1906-03-25

  • Zodiak

    Aries

  • Warga Negara

    Inggris

  • Istri

    Margaret Adams, Hawa Crosland, Eva Haraszti

  • Biografi

    Jika ada kamus yang membuat padanan kata dengan orang, nama Alan John Percival Taylor pasti tertera dalam deretan nama untuk mendefinisikan kata 'kontroversial'. Liberalis ulung yang dikenal berpandangan anti-borjuis, anti-German dan anti-kristen ini menggapai sukses baik di dunia akademik maupun non-akademik.

    Adalah Taylor yang mempopulerkan sejarah melalui televisi, radio dan berbagai tulisannya. 'Taylorisme' menjaadi bukti cap sukses Taylor yang mampu menyajikan diskursus sejarah paling rumit sekalipun dalam bahasa yang mudah dipahami orang kebanyakan. Sedemikian populer pria kelahiran Birkdale, Lancashire, Inggris pada 25 Maret 1906 ini, sampai-sampai Taylor harus memulai kuliah di Oxford pada pukul 20.30 supaya ruangan tidak menjadi terlalu sesak dipadati pengunjung.

    Mewarisi pandangan sayap kiri kedua orang tuanya (juga sebagai pernyataan protes orang tuanya atas Perang Dunia I), Taylor memperoleh pendidikan dasar dan menengah di berbagai sekolah Quaker, termasuk Bootham School, York. Pada masa-masa ini, Taylor mengembangkan ketertarikan yang kuat kepada arkeologi dan membawanya berkenalan dengan sejarah hingga mengantarnya menekuni bidang Sejarah Modern di Oriel College, Oxford (1920). Uniknya, Taylor justru menjatuhkan minat akademiknya pada 'bayi sejarah' (arsip dan peristiwa diplomatik di Austria, Perancis dan Inggris abad ke-19) yang dianggap terlalu kini oleh kebanyakan pakar sejarah masa itu. 

    Pribadi unik Taylor juga terlihat dari besarnya antusiasme antara menjamu tamu dalam berbagai pesta mewah yang diadakannya sendiri dan dukungan Taylor pada aksi pemogokan massal (General Strike) di Inggris (1926).

    Sepertinya, belum ada orang seunik Taylor yang menolak anugrah gelar Ph.D dari Manchester University melulu karena enggan dipanggil 'Doctor' (silap kata terjadi karena Bahasa Inggris tidak membedakan pengucapan 'dokter [kesehatan]' dan 'doktor [akademik]' - pen.)

    Namun, keunikan pribadi Taylor diimbangi dengan kecerdasan dan sikap kritisnya baik terhadap masalah akademik, khususnya sejarah modern, maupun non-akademik. Tangan dingin Taylor telah membuahkan lusinan buku, ratusan artikel dan berbagai ulasan buku. Taylor sempat menjadi pengulas (reviewer) buku di surat kabar Manchester Guardian (1931), kolumnis di harian Observer (1957) dan di harian Daily Express (1964). 

    Artikel pertamanya di harian Daily Express, "Why Must We Soft-soap the Germans?", mengeluhkan sebagian besar masyarakat Jerman yang masih 'berjiwa Nazi' dan mengkritik Masyarakat Ekonomi Eropa sebagai rekayasa Jerman untuk mencapai target yang gagal diraih melalui senjata pada Perang Dunia I dan II; hanya kali ini, mereka melakukannya dengan 'senjata' baru, perdagangan. 

    Meski masih diperdebatkan, banyak pihak menyebut Taylor sebagai penemu istilah 'the Establishment (Kaum Mapan - pen.)' yang merujuk pada kalangan elit di Inggris. Taylor sendiri berkomentar bahwa 'Kaum ini merekrut kader dari luar setelah mereka siap menerima standar kemapanan dan menjadi terhormat. Sungguh, tiada yang lebih berterima dalam kehidupan selain berdamai dengan Kaum Mapan ini - dan karenanya, tiada yang lebih korup'. 

    Taylor juga aktif menyatakan sikap terhadap berbagai isu mendasar yang terjadi pada masa itu. Dia memilih menjadi oposisi bagi Kerajaan Inggris, menentang keterlibatan pemerintahan Inggris dalam MEE serta NATO, dan menuntut pengunduran diri Inggris dari Irlandia Utara. Pria berselera humor tajam dan sering tampil dengan dasi kupu-kupu khas ini juga aktif membangun reputasinya di media (khususnya televisi dan radio) sebagai seorang kontroversialis yang selalu siap mengutarakan opini dan argumen, seprovokatif apapun itu. 

    Tercatat dalam salah satu debat televisi (1961), Hugh Trevor-Roper, sejarawan sayap kanan yang juga 'saingan berat' Taylor, melancarkan tuduhan bahwa buku Taylor, 'The Origins of the Second World War', bisa jadi telah merusak reputasi Taylor sebagai sejarawan. Menyadari beratnya tuduhan tersebut, pria pengagum Lenin ini malah menjawab ringan, 'Justru kritik anda pada saya yang bakal merusak reputasi anda sebagai sejarawan - itupun kalau anda punya'. Pada kesempatan lain (1970), juga dalam salah satu kuliah layar kaca tentang Mussolini, Taylor menyebut sang Diktator telah berhasil 'menuntaskan pekerjaannya - tanpa melakukan apapun'. Ketika ditanya mengenai masa depan, Taylor - yang sangat menyadari keringkihan sejarah atas kesalahan - menjawab cerdas, 'Anda tidak seharusnya meminta pakar sejarah untuk meramalkan masa depan - terus terang, kami sudah cukup kesulitan untuk meramalkan masa lalu'. 

    Taylor sempat mengalami kecelakaan mobil cukup parah pada 1984. Ditambah serangan stroke dan penyakit Parkinson, Taylor menyatakan pensiun pada 1985 dan tutup usia pada 1990. 

    Daftar Buku:
    'The Italian Problem in European Diplomacy, 1847–49', 1934.

    'The Struggle for Mastery in Europe 1848–1918', 1954.

    'Biography of Bismarck', 1955.

    'The Origins of the Second World War', 1961.

    'Pendahuluan' untuk The Reichstag Fire oleh Fritz Tobias, 1964.

    'English History 1914–1945', 1965.

    'War by Timetable', 1969.

    'Biography of Lord Beaverbrook', 1972.

    'Pendahuluan' lainnya seperti 'Ten Days that Shook the World', oleh John Reed, 'The Communist Manifesto' oleh Karl marx dan Friedriech Engels, dan 'Fighter: The True Story of the Battle of Britain' oleh Len Deighton.

     

    Publikasi lain:
    Ulasan buku dan artikel jurnalisme untuk berbagai media seperti Manchester Guardian, Observer, Sunday Pictorial (kemudian menjadi Sunday Mirror), Daily Herald, Sunday Express.

    Berbagai kuliah televisi dan wawancara radio termasuk dengan BBC dan sebagai panelis dari stasiun ITV.

    Riset dan analisis: Mochamad Nasrul Chotib

  • Pendidikan

    Oriel College, Oxford, 1924

  • Karir

    • Dosen Sejarah, University of Manchester (1930 - 1938)
    • Dosen Sejrah Modern, Oxford (1938 - 1963)
    • Fellow, Magdalen College, Oxford (1938 - 1976)
    • Dosen, Institute of Historical Research in London (1964)
    • Dosen, University College London (1964)
    • Dosen, Polytechnic of North London (1964)

  • Penghargaan

    • 'Festschrift (Buku Pujian)' oleh  Martin Gilbert (1965)*
    • 'Festschrift' (1976)
    •  'Festschrift' (1986)
      *Festschrift adalah tulisan penghargaan dalam bentuk buku yang diberikan pada seseorang, biasanya akademisi, semasa hidup. Bagi kalangan akademik, merupakan penghormatan besar dan sangat luar biasa bagi seseorang bahkan untuk menerima satu Festschrift. 

Geser ke atas Berita Selanjutnya