Profil
Augusto Antonio Roa Bastos
Augusto Roa Bastos adalah salah satu tokoh terkenal asal Paraguay dalam bidang sastra. Roa Bastos yang lahir di Asuncion, Paraguay pada 13 Juni 1917 ini mulai mengenal dunia sastra melalui buku-buku yang dikenalkan oleh pamannya, Hermenigildo Roa, seorang uskup liberal di daerah Asuncion. Pada usia sepuluh tahun, Roa Bastos tinggal bersama pamannya tersebut dan mengikuti pendidikan di sekolah lokal. Di sana ia belajar dua bahasa sekaligus, yakni bahasa Spanyol dan Guarani yang merupakan bahasa asli yang digunakan masyarakat setempat. Sang paman yang mempunyai beberapa koleksi mengenai buku-buku sastra klasik Baroque dan Renaissans Spanyol, yang kemudian menarik perhatian dan ketertarikan Roa. Dengan membaca buku-buku sastra tersebut, Roa kemudian terinspirasi untuk menulis beberapa puisi selama tahun 1930 sampai 1940an. Yang menarik, sang paman ternyata lebih mendalami aspek mistis yang terdapat dalam karya-karya sastra klasik. Hal tersebut sedikit banyak mempengaruhi tulisan-tulisan Roa Bastos.
Roa sempat mengabdi dalam militer selama Perang Dunia II, ketika itu ia mengabdi sebagai tim tenaga medis untuk menolong korban perang yang terluka. Sekembalinya dari perang, Roa bekerja sebagai pegawai bank dan jurnalis di berbagai media. Dalam tahun-tahun tersebut ia, menulis beberapa puisi dan naskah drama. Novel pertama yang berhasil dirilisnya berjudul Hijo de Hombre (Anak Seorang Lelaki) pada 1960. Kemudian pada 1942 ia berprofesi tetap sebagai tim editor di harian Asuncion daily El Pais. Tak berhenti menulis karya sastra, di tahun yang sama ia meluncurkan buku kumpulan puisi yang ia beri judul El Ruisenor De La Aurora.
Augusto Roa Bastos mengajar bahasa Guarani dan Kesastraan Spanyol di University of Tolouse, Perancis. Namun di sini ia tidak begitu fokus menulis karya sastra, kebanyakan ia menulis dalam bidang akademik. Karya Roa yang paling terkenal adalah novel kompleks berjudul Yo el Supremo, yang menerima penghargaan bergengsi dari Premio Miguel de Carvantes pada 1989. Roa menghembuskan nafas terakhirnya di tanah kelahirannya di Asuncion, Paraguay pada 26 April 2005.
Riset dan analisis: Muhammad Nizar Zulmi