Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Profil

Lansana Conte

Profil Lansana Conte | Merdeka.com

Lansana Conte merupakan Presiden Guinea kedua sejak 3 April 1984 hingga akhir hayatnya. Ia merupakan pemimpin Muslim dari bagian suku Soussou. Sepeninggalannya, banyak terjadi kudeta militer di negaranya.
Jabatannya kemudian dipegang oleh Moussa Dadis Camara, pemimpin Dewan Nasional untuk Pembangunan dan Demokrasi Guinea.

Pada tahun 2005, ia memecat Pemimpin Pemerintahan Daelin Diallo yang diumumkan melalui sebuah dekrit dan ditayangkan melalui saluran televisi nasional. Menteri Negara Kepresidenan Fode Bangoura secara efektif diangkat menjadi pemimpin pemerintahan. Hal ini dilakukan sehubungan dengan berbagai aksi yang terjadi.

Ia melarang warga negaranya meninggalkan rumah setelah jam malam diberlakukan sejak 13 Februari 2007. Ia juga memberlakukan undang-undang darurat menyusul demonstrasi dengan kekerasan terhadap pemerintah yang berlangsung berhari-hari. Tentara dan polisi bersenjata lengkap berpatroli di jalan-jalan Conakry, ibukota Guinea. Undang-undang darurat tersebut hanya memperbolehkan warga keluar dari rumah selama empat jam, antara pukul 16.00 sampai 22.00.
Ia mengumumkan di TV dan radio pemerintah pada 12 Februari 2007 malam soal tindakan keras militer yang berlaku sampai 23 Februari 2007. Hal itu dimaksudkan untuk memadamkan gelombang kerusuhan dan penjarahan di seluruh negeri yang menyertai mogok kerja secara umum menentang pemerintahan yang telah berlangsung selama 23 tahun.

Ia maju dan menang dalam pemilihan presiden yang ketiga pada 21 Desember 2003 dengan 95,3 persen suara setelah semua calon oposisi, kecuali satu orang, memboikot pemilu saat itu.

Sambil mengungkapkan keyakinan bahwa Conté tidak akan mengizinkan pemilihan yang adil. Dalam beberapa tahun belakangan ini kesehatan Conté pun merosot dan kemampuannya untuk bertahan sampai akhir masa jabatannya diragukan.
Hingga 19 Januari 2005, dilaporkan bahwa iring-iringan mobilnya ditembaki dalam perjalanan ke Conakry. Tetapi rencana pembunuhan tersebut gagal dan hanya melukai salah satu pengawalnya. Sedangkan Conte dinyatakan selamat dan tidak mengalami luka serius.

Kabar keselamatannya kemudian disiarkan melalui radio dan televisi setempat. Berita menyampaikan bahwa ia selamat karena Tuhan belum menetapkan saat kematiannya. Ia pun mengutuk mereka yang berusaha menggagalkan pembangunan negara Guinea.

Pada kunjungan bersama keluarganya ke Perancis pada tahun 2005, Perdana Menteri François Lonseny Fall menyatakan untuk mengundurkan diri. Dia mengeluh korupsi dan campur tangan meningkat terus menerut di pemerintahan Conte.

Penerusnya selama musim gugur Cellou Dalein Diallo hanya bertahan hingga April 2006. Conte dianggap gagal untuk menunjuk perdana menteri baru hingga akhir Januari 2007.

Pada bulan April 2006 ia diterbangkan ke Maroko untuk perawatan medis. Banyak orang berharap ia tidak akan kembali. Mei 2006 kerusuhan pecah di Conakry dikarenakan harga beras dan bahan bakar tinggi. Hal ini menyebabkan banyak kematian dan pemberontakan kejam semakin menjadi.

Pada bulan Agustus 2006 ia kembali diterbangkan ke Swiss untuk perawatan kembali. Kali ini tidak ada kerumunan orang bertemu dia di kembali ke Guinea. Sementara itu Henriette Conte, istri pertamanya, dituduh melanggar aturan hukum dan mengambil keuntungan dari ketidakmampuan Presiden fisik dan mental. Dia menyalahgunakan kekuasaan yang dimiliki suaminya.

Agustus 2006, penyidik hak asasi manusia setempat mengeluarkan laporan 30 kasus yang mengutuk pelanggaran HAM di Guinea. Mereka menyoroti kekosongan kekuasaan akibat dari penyakit yang diderita Presiden dan mengekspresikan kekhawatiran masyarakat tentang masa yang akan datang.

Dalam sebuah wawancara dengan wartawan Guinéenews, Oktober 2006. Lansana Conte mengatakan bahwa ia akan tetap menjadi Presiden sampai 2010. Hal  tersebut merupakan akhir dari tujuh tahun masa jabatannya. Conte juga mengatakan bahwa ia sedang mencari pengganti yang mencintai negara dan akan melindunginya dari serangan musuh-musuh juga pemberontakan.

Pada bulan November 2006, Transparency International memperbarui indeks korupsi tahunan. Guinea di bawah pemerintahan Lansana Conte menjadi negara paling terkorup di dunia.

Kabar tersebut menjadi keprihatinan bagi perusahaan asing yang berniat untuk berinvestasi di Guinea karena mereka tidak dapat beroperasi dengan baik di Guinea.

Pada Januari 2007, sebuah pemogokan nasional umum diadakan. Mereka memprotes kepemimpinan lanjutan Conte pada negara yang dijalankannya. Pemogokan berlanjut selama lebih dari dua minggu, di mana ratusan ribu demonstran berbaris di jalan-jalan.

Dalam dua minggu pertama, penindasan biadab dilakukan oleh red-caps (penjaga Presiden) dan pasukan keamanan lainnya menyebabkan sedikitnya puluhan demonstran tewas. Pada akhir serangan pada tanggal 27 Januari, dilaporkan bahwa setidaknya 90 demonstran tewas dalam bentrokan dengan polisi dan setidaknya 300 terluka, menurut sebuah kelompok hak asasi manusia setempat.

Pemogokan berakhir setelah kesepakatan antara Conte dan serikat buruh, yang meminta Perdana Menteri baru akan ditunjuk sebagai kepala pemerintahan. Conte juga sepakat agar harga padi dan bahan bakar bisa rendah.

9 Februari, Conte menunjuk Eugene Camara , yang sebelumnya menjabat sebagai Menteri Negara Urusan Kepresidenan sejak Januari menjadi Perdana Menteri. Hal ini ditolak oleh oposisi sehingga kekerasan pecah setelah pengangkatan. Serangan dilanjutkan pada tanggal 12 Februari, dan Conte menyatakan darurat militer di hari yang sama.

Pada tanggal 25 Februari Conte sepakat untuk mengakhiri pemogokan. Hingga akhirnya, 26 Februari dia menunjuk Perdana Menteri baru, Lansana Kouyate dari daftar nama yang dipilih oleh serikat dan perwakilan dari masyarakat sipil. Masyarakat kembali bekerja pada tanggal 27 Februari. Kouyate dilantik pada 1 Maret dalam sebuah upacara yang tidak hadiri oleh Conte.

Langkah mengejutkan dalam sejarah pemerintahan Conte. Pada tanggal 20 Mei 2008, ia diberhentikan oleh Kouyate dan menggantinya dengan Ahmed Tidiane Souare . Kouyate dianggap mengecewakan dalam melaksanakan perannya sebagai Perdana Menteri.

Riset dan analisa oleh Bobby Reza Satrian.

Profil

  • Nama Lengkap

    Lansana Conte

  • Alias

    No Alias

  • Agama

  • Tempat Lahir

    Moussayah Loumbaya

  • Tanggal Lahir

    1934-11-30

  • Zodiak

    Sagittarius

  • Warga Negara

  • Biografi

    Lansana Conte merupakan Presiden Guinea kedua sejak 3 April 1984 hingga akhir hayatnya. Ia merupakan pemimpin Muslim dari bagian suku Soussou. Sepeninggalannya, banyak terjadi kudeta militer di negaranya.
    Jabatannya kemudian dipegang oleh Moussa Dadis Camara, pemimpin Dewan Nasional untuk Pembangunan dan Demokrasi Guinea.

    Pada tahun 2005, ia memecat Pemimpin Pemerintahan Daelin Diallo yang diumumkan melalui sebuah dekrit dan ditayangkan melalui saluran televisi nasional. Menteri Negara Kepresidenan Fode Bangoura secara efektif diangkat menjadi pemimpin pemerintahan. Hal ini dilakukan sehubungan dengan berbagai aksi yang terjadi.

    Ia melarang warga negaranya meninggalkan rumah setelah jam malam diberlakukan sejak 13 Februari 2007. Ia juga memberlakukan undang-undang darurat menyusul demonstrasi dengan kekerasan terhadap pemerintah yang berlangsung berhari-hari. Tentara dan polisi bersenjata lengkap berpatroli di jalan-jalan Conakry, ibukota Guinea. Undang-undang darurat tersebut hanya memperbolehkan warga keluar dari rumah selama empat jam, antara pukul 16.00 sampai 22.00.
    Ia mengumumkan di TV dan radio pemerintah pada 12 Februari 2007 malam soal tindakan keras militer yang berlaku sampai 23 Februari 2007. Hal itu dimaksudkan untuk memadamkan gelombang kerusuhan dan penjarahan di seluruh negeri yang menyertai mogok kerja secara umum menentang pemerintahan yang telah berlangsung selama 23 tahun.

    Ia maju dan menang dalam pemilihan presiden yang ketiga pada 21 Desember 2003 dengan 95,3 persen suara setelah semua calon oposisi, kecuali satu orang, memboikot pemilu saat itu.

    Sambil mengungkapkan keyakinan bahwa Conté tidak akan mengizinkan pemilihan yang adil. Dalam beberapa tahun belakangan ini kesehatan Conté pun merosot dan kemampuannya untuk bertahan sampai akhir masa jabatannya diragukan.
    Hingga 19 Januari 2005, dilaporkan bahwa iring-iringan mobilnya ditembaki dalam perjalanan ke Conakry. Tetapi rencana pembunuhan tersebut gagal dan hanya melukai salah satu pengawalnya. Sedangkan Conte dinyatakan selamat dan tidak mengalami luka serius.

    Kabar keselamatannya kemudian disiarkan melalui radio dan televisi setempat. Berita menyampaikan bahwa ia selamat karena Tuhan belum menetapkan saat kematiannya. Ia pun mengutuk mereka yang berusaha menggagalkan pembangunan negara Guinea.

    Pada kunjungan bersama keluarganya ke Perancis pada tahun 2005, Perdana Menteri François Lonseny Fall menyatakan untuk mengundurkan diri. Dia mengeluh korupsi dan campur tangan meningkat terus menerut di pemerintahan Conte.

    Penerusnya selama musim gugur Cellou Dalein Diallo hanya bertahan hingga April 2006. Conte dianggap gagal untuk menunjuk perdana menteri baru hingga akhir Januari 2007.

    Pada bulan April 2006 ia diterbangkan ke Maroko untuk perawatan medis. Banyak orang berharap ia tidak akan kembali. Mei 2006 kerusuhan pecah di Conakry dikarenakan harga beras dan bahan bakar tinggi. Hal ini menyebabkan banyak kematian dan pemberontakan kejam semakin menjadi.

    Pada bulan Agustus 2006 ia kembali diterbangkan ke Swiss untuk perawatan kembali. Kali ini tidak ada kerumunan orang bertemu dia di kembali ke Guinea. Sementara itu Henriette Conte, istri pertamanya, dituduh melanggar aturan hukum dan mengambil keuntungan dari ketidakmampuan Presiden fisik dan mental. Dia menyalahgunakan kekuasaan yang dimiliki suaminya.

    Agustus 2006, penyidik hak asasi manusia setempat mengeluarkan laporan 30 kasus yang mengutuk pelanggaran HAM di Guinea. Mereka menyoroti kekosongan kekuasaan akibat dari penyakit yang diderita Presiden dan mengekspresikan kekhawatiran masyarakat tentang masa yang akan datang.

    Dalam sebuah wawancara dengan wartawan Guinéenews, Oktober 2006. Lansana Conte mengatakan bahwa ia akan tetap menjadi Presiden sampai 2010. Hal  tersebut merupakan akhir dari tujuh tahun masa jabatannya. Conte juga mengatakan bahwa ia sedang mencari pengganti yang mencintai negara dan akan melindunginya dari serangan musuh-musuh juga pemberontakan.

    Pada bulan November 2006, Transparency International memperbarui indeks korupsi tahunan. Guinea di bawah pemerintahan Lansana Conte menjadi negara paling terkorup di dunia.

    Kabar tersebut menjadi keprihatinan bagi perusahaan asing yang berniat untuk berinvestasi di Guinea karena mereka tidak dapat beroperasi dengan baik di Guinea.

    Pada Januari 2007, sebuah pemogokan nasional umum diadakan. Mereka memprotes kepemimpinan lanjutan Conte pada negara yang dijalankannya. Pemogokan berlanjut selama lebih dari dua minggu, di mana ratusan ribu demonstran berbaris di jalan-jalan.

    Dalam dua minggu pertama, penindasan biadab dilakukan oleh red-caps (penjaga Presiden) dan pasukan keamanan lainnya menyebabkan sedikitnya puluhan demonstran tewas. Pada akhir serangan pada tanggal 27 Januari, dilaporkan bahwa setidaknya 90 demonstran tewas dalam bentrokan dengan polisi dan setidaknya 300 terluka, menurut sebuah kelompok hak asasi manusia setempat.

    Pemogokan berakhir setelah kesepakatan antara Conte dan serikat buruh, yang meminta Perdana Menteri baru akan ditunjuk sebagai kepala pemerintahan. Conte juga sepakat agar harga padi dan bahan bakar bisa rendah.

    9 Februari, Conte menunjuk Eugene Camara , yang sebelumnya menjabat sebagai Menteri Negara Urusan Kepresidenan sejak Januari menjadi Perdana Menteri. Hal ini ditolak oleh oposisi sehingga kekerasan pecah setelah pengangkatan. Serangan dilanjutkan pada tanggal 12 Februari, dan Conte menyatakan darurat militer di hari yang sama.

    Pada tanggal 25 Februari Conte sepakat untuk mengakhiri pemogokan. Hingga akhirnya, 26 Februari dia menunjuk Perdana Menteri baru, Lansana Kouyate dari daftar nama yang dipilih oleh serikat dan perwakilan dari masyarakat sipil. Masyarakat kembali bekerja pada tanggal 27 Februari. Kouyate dilantik pada 1 Maret dalam sebuah upacara yang tidak hadiri oleh Conte.

    Langkah mengejutkan dalam sejarah pemerintahan Conte. Pada tanggal 20 Mei 2008, ia diberhentikan oleh Kouyate dan menggantinya dengan Ahmed Tidiane Souare . Kouyate dianggap mengecewakan dalam melaksanakan perannya sebagai Perdana Menteri.

    Riset dan analisa oleh Bobby Reza Satrian.

  • Pendidikan

  • Karir

    • Presiden Guinea

  • Penghargaan

Geser ke atas Berita Selanjutnya