Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Profil

Muammad 'Abd al-Ra'f al-Qudwah al-usayn

Profil Muammad 'Abd al-Ra'f al-Qudwah al-usayn | Merdeka.com


Mohammed Abdel-Raouf Arafat bin Qudwa al-Hussaeini atau yang lebih dikenal dengan nama Yasser Arafat lahir 24 Agustus 1929 di Kairo. Arafat merupakan sosok yang menentang Yahudi. Pada usia 19 tahun, selama perang antara Yahudi dan negara-negara Arab, Arafat meninggalkan studinya di Universitas Faud (sekarang Universitas Kairo) untuk berjuang melawan Yahudi di daerah Gaza.

Kekalahan negara Arab dan berdirinya negara Israel membuat Arafat putus asa sehingga ia mengurus visa untuk belajar di Universitas Texas. Ha ini bertujuan untuk meulihkan semangatnya dan kembali mengejar mimpinya akan kemerdekaan Palestina, ia kembali ke Universitas Faud mengambil jurusan teknik sipil dan menghabiskan banyak waktunya sebagai pemimpin mahasiswa-mahasiswa Palestina. Pada tahun 1956, ia berhasil mengambil gelarnya.

Arafat sempat bekerja di Mesir lalu ditempatkan kembali di Kuwait. Ia bekerja di departemen pekerjaan umum, kemudian ia berhasil menjalankan usaha sendiri berupa perusahaan kontraktor. Dalam masa itu ia juga menghabiskan sebagian waktu luangnya dalam kegiatan politik, di mana ia menggunakan sebagian besar keuntungan usahanya untuk kepentingan politiknya tersebut.

Pada tahun 1958, dia beserta teman-temannya mendirikan Al-Fatah, jaringan rahasia gerakan bawah tanah, dimana pada tahun 1959 mulai menerbitkan majalah yang menganjurkan perang melawan Israel dengan senjata. Pada akhir 1964, Arafat meninggalkan Kuwait untuk menjadi seorang revolusioner , merencanakan serangan Fatah ke Israel dari Yordania.

Pada tahun yang sama pula, berdirilah Palestine Liberation Organisation (PLO), yang disponsori oleh Liga Arab. Organisasi ini mengumpulkan semua kelompok agar bersatu membawa Palestina menjadi negara merdeka. Sikap Arab lebih bersifat kebijakan mendamaikan dibandingkan kebijakan Fatah, tetapi setelah kekalahan mereka melawan Israel tahun 1967 dalam perang selama enam hari, Fatah bangkit dari bawah tanah sebagai kelompok paling kuat dan terstruktur dengan baik dibandingkan kelompok-kelompok lainnya yang membentuk PLO.

Fatah mengambil alih organisasi itu pada 1969 ketika Arafat menjadi ketua komite eksekutif PLO. PLO tidak lagi menjadi organisasi yang dikendalikan negara-negara Arab, melainkan menjadi organisasi nasionalis. Arafat membangun PLO menjadi sebuah ‘negara’ yang memiliki kekuatan militer sendiri dalam negara Yordania. Raja Hussein dari Yordania, sangat terganggu dengan serangan-serangan gerilya dan metode kekerasan lainnya yang mereka lakukan terhadap Israel, hingga pada akhirnya ia memaksa PLO keluar dari negaranya. Arafat mencari jalan membangun organisasi yang sama di Lebanon, tetapi tersingkir oleh pendudukan militer Israel. Ia berjuang mempertahankan organisasi itu tetap hidup, dengan memindahkan markas besarnya ke Tunisia. Ia berulang kali bertahan hidup, lolos dari kecelakaan pesawat, lolos dari pencobaan pembunuhan oleh agen rahasia Israel, dan pulih dari penyakit stroke yang serius.

Hidup Arafat sendiri adalah perjalanan, berpindah dari negara yang satu ke negara yang lain untuk mempromosikan Palestina. Selalu menjaga agar gerakannya tetap bersifat rahasia. Periode setelah pengusiran dari Lebanon merupakan masa sulit bagi Arafat dan PLO. Lalu gerakan protes Intifada mendorong Arafat untuk menarik perhatian dunia terhadap kesulitan yang dihadapi Palestina.

Pada 1988 terjadi perubahan kebijakan. Dalam pidatonya di PBB di Jenewa, Swiss, Arafat menyatakan bahwa PLO menolak aksi terorisme dan mendukung ‘hak semua kelompok yang bertikai di Timur Tengah untuk hidup damai dan aman, termasuk negara Palestina, Israel dan negara-negara tetangga”. Kemudian prospek ke arah perjanjian damai dengan Israel mulai cerah. Setelah kemunduran akibat keputusan PLO mendukung Irak dalam Perang Teluk tahun 1991, proses perdamaian mulai serius dilakukan, dimulai dari Perjanjian Oslo tahun 1993. Perjanjian ini akhirnya membawa Arafat memperoleh penghargaan Nobel Perdamaian tahun 1994.

Yasser Arafat meninggal dunia pada tanggal 11 November 2004 di rumah sakit militer di Paris, Perancis. Ia diterbangkan ke Paris dari markas besar PLO di Ramallah, untuk mendapatkan perawatan medis akibat pendarahan hebat di otaknya yang dideritanya.

Riset Dan Analisa Oleh Dwi Zain

Profil

  • Nama Lengkap

    Muammad 'Abd al-Ra'f al-Qudwah al-usayn

  • Alias

    Yasser Arafat

  • Agama

    Islam

  • Tempat Lahir

    Kairo, Mesir

  • Tanggal Lahir

    1929-08-24

  • Zodiak

    Virgo

  • Warga Negara

    Palestina

  • Biografi


    Mohammed Abdel-Raouf Arafat bin Qudwa al-Hussaeini atau yang lebih dikenal dengan nama Yasser Arafat lahir 24 Agustus 1929 di Kairo. Arafat merupakan sosok yang menentang Yahudi. Pada usia 19 tahun, selama perang antara Yahudi dan negara-negara Arab, Arafat meninggalkan studinya di Universitas Faud (sekarang Universitas Kairo) untuk berjuang melawan Yahudi di daerah Gaza.

    Kekalahan negara Arab dan berdirinya negara Israel membuat Arafat putus asa sehingga ia mengurus visa untuk belajar di Universitas Texas. Ha ini bertujuan untuk meulihkan semangatnya dan kembali mengejar mimpinya akan kemerdekaan Palestina, ia kembali ke Universitas Faud mengambil jurusan teknik sipil dan menghabiskan banyak waktunya sebagai pemimpin mahasiswa-mahasiswa Palestina. Pada tahun 1956, ia berhasil mengambil gelarnya.

    Arafat sempat bekerja di Mesir lalu ditempatkan kembali di Kuwait. Ia bekerja di departemen pekerjaan umum, kemudian ia berhasil menjalankan usaha sendiri berupa perusahaan kontraktor. Dalam masa itu ia juga menghabiskan sebagian waktu luangnya dalam kegiatan politik, di mana ia menggunakan sebagian besar keuntungan usahanya untuk kepentingan politiknya tersebut.

    Pada tahun 1958, dia beserta teman-temannya mendirikan Al-Fatah, jaringan rahasia gerakan bawah tanah, dimana pada tahun 1959 mulai menerbitkan majalah yang menganjurkan perang melawan Israel dengan senjata. Pada akhir 1964, Arafat meninggalkan Kuwait untuk menjadi seorang revolusioner , merencanakan serangan Fatah ke Israel dari Yordania.

    Pada tahun yang sama pula, berdirilah Palestine Liberation Organisation (PLO), yang disponsori oleh Liga Arab. Organisasi ini mengumpulkan semua kelompok agar bersatu membawa Palestina menjadi negara merdeka. Sikap Arab lebih bersifat kebijakan mendamaikan dibandingkan kebijakan Fatah, tetapi setelah kekalahan mereka melawan Israel tahun 1967 dalam perang selama enam hari, Fatah bangkit dari bawah tanah sebagai kelompok paling kuat dan terstruktur dengan baik dibandingkan kelompok-kelompok lainnya yang membentuk PLO.

    Fatah mengambil alih organisasi itu pada 1969 ketika Arafat menjadi ketua komite eksekutif PLO. PLO tidak lagi menjadi organisasi yang dikendalikan negara-negara Arab, melainkan menjadi organisasi nasionalis. Arafat membangun PLO menjadi sebuah ‘negara’ yang memiliki kekuatan militer sendiri dalam negara Yordania. Raja Hussein dari Yordania, sangat terganggu dengan serangan-serangan gerilya dan metode kekerasan lainnya yang mereka lakukan terhadap Israel, hingga pada akhirnya ia memaksa PLO keluar dari negaranya. Arafat mencari jalan membangun organisasi yang sama di Lebanon, tetapi tersingkir oleh pendudukan militer Israel. Ia berjuang mempertahankan organisasi itu tetap hidup, dengan memindahkan markas besarnya ke Tunisia. Ia berulang kali bertahan hidup, lolos dari kecelakaan pesawat, lolos dari pencobaan pembunuhan oleh agen rahasia Israel, dan pulih dari penyakit stroke yang serius.

    Hidup Arafat sendiri adalah perjalanan, berpindah dari negara yang satu ke negara yang lain untuk mempromosikan Palestina. Selalu menjaga agar gerakannya tetap bersifat rahasia. Periode setelah pengusiran dari Lebanon merupakan masa sulit bagi Arafat dan PLO. Lalu gerakan protes Intifada mendorong Arafat untuk menarik perhatian dunia terhadap kesulitan yang dihadapi Palestina.

    Pada 1988 terjadi perubahan kebijakan. Dalam pidatonya di PBB di Jenewa, Swiss, Arafat menyatakan bahwa PLO menolak aksi terorisme dan mendukung ‘hak semua kelompok yang bertikai di Timur Tengah untuk hidup damai dan aman, termasuk negara Palestina, Israel dan negara-negara tetangga”. Kemudian prospek ke arah perjanjian damai dengan Israel mulai cerah. Setelah kemunduran akibat keputusan PLO mendukung Irak dalam Perang Teluk tahun 1991, proses perdamaian mulai serius dilakukan, dimulai dari Perjanjian Oslo tahun 1993. Perjanjian ini akhirnya membawa Arafat memperoleh penghargaan Nobel Perdamaian tahun 1994.

    Yasser Arafat meninggal dunia pada tanggal 11 November 2004 di rumah sakit militer di Paris, Perancis. Ia diterbangkan ke Paris dari markas besar PLO di Ramallah, untuk mendapatkan perawatan medis akibat pendarahan hebat di otaknya yang dideritanya.

    Riset Dan Analisa Oleh Dwi Zain

  • Pendidikan

    •  University of King Fuad
    • Universitas Texas
    • Working History: Presiden Palestina

  • Karir

    • Nobel Perdamaian 1994

  • Penghargaan

Geser ke atas Berita Selanjutnya